BEIJING, KAMIS - Pertumbuhan ekonomi China pada triwulan II-2018 diperkirakan sedikit melambat dari triwulan sebelumnya. Di tengah kemungkinan menguatnya tensi perdagangan akibat perang dagang dengan Amerika Serikat, prospek ekspor China juga terancam terpukul sehingga ujung-ujungnya dapat menambah beban utang, baik dari sisi pemerintah maupun swasta.
Sebuah jajak pendapat yang digelar Reuters terhadap 55 ekonom menunjukkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China kemungkinan berkurang sedikit menjadi 6,7 persen pada periode April-Juni 2018, dibandingkan dengan 6,8 persen dalam periode yang diraih dalam tiga triwulan sebelumnya. Prakiraan raihan pertumbuhan PDB dalam jajak pendapat itu berkisar dari 6,5-6,9 persen.
”Perlambatan yang disinkronkan dalam permintaan domestik dan eksternal kemungkinan akan memberikan tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua,” kata Lian Ping, Kepala Ekonom di Bank of Communications, Kamis (5/7/2018).
Lian mengatakan, dia memperkirakan pertumbuhan PDB China melambat menjadi 6,6 persen pada triwulan III-2018 dan tetap stabil pada triwulan berikutnya. Meski relatif tertekan, pertumbuhan PDB China dalam setahun penuh tahun ini diperkirakan menjadi 6,7 persen. Angka proyeksi itu masih di atas target pemerintah yang berada di kisaran 6,5 persen.
Ekonomi China telah merasakan tekanan dari pinjaman berisiko tahunan sehingga menambah biaya pinjaman bagi perseroan. Kondisi ini ikut mendorong bank sentral negeri itu memompa lebih banyak uang tunai dengan memotong persyaratan cadangan bagi pemberi pinjaman. Data terbaru mulai menunjukkan adanya tekanan lebih besar di perekonomian China.
Hal itu antara lain ditandai dengan ekspansi kredit dan permintaan domestik yang melambat, mulai dari investasi infrastruktur yang didanai pemerintah hingga belanja konsumen yang terlihat melunak. Kondisi perang dagang yang mendalam dan terbuka dikhawatirkan memukul mesin ekspor China. Beijing harus bekerja keras mencari pasar baru di tengah kekhawatiran perusahaan besar global terhadap kondisi perang dagang yang secara langsung mengganggu rantai pasokan mereka.
Kementerian Perdagangan China, Kamis, memperingatkan tarif AS yang diusulkan akan memukul rantai pasokan internasional, termasuk perusahaan-perusahaan asing di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu. Jika ancaman Washington benar-benar dilaksanakan, tarif atas produk ekspor China ke AS akan mulai diterapkan pada Jumat (6/7) ini. Pemerintah China menegaskan bahwa Beijing tidak akan memulai penerapan tarif itu. Mereka memilih menunggu dan, ketika tarif itu benar-benar diterapkan Washington, Beijing pun langsung membalas dengan aksi serupa. (AP/AFP/BEN)