KURASHIKI, SELASA Jumlah korban tewas akibat banjir bandang dan tanah longsor di Hiroshima dan Kyoto terus bertambah. Hingga saat ini, setidaknya 156 orang dikabarkan tewas. Untuk mencegah lebih banyak korban, tim penyelamat dan tim kesehatan menyisir satu per satu rumah warga.
Selasa (10/7/2018) pagi, regu-regu penyelamat terlihat menyisir dari pintu ke pintu di kawasan permukiman. Mereka berupaya keras mencari warga selamat, korban luka, ataupun korban tewas akibat bencana itu.
”Ini yang kami sebut jaringan operasi. Kami memeriksa setiap rumah untuk melihat apakah ada orang yang masih terperangkap di dalamnya,” kata seorang pejabat Prefektur Okayama. ”Kami tahu hal ini berpacu dengan waktu maka kami berusaha sekeras yang kami bisa,” lanjutnya.
Hideto Yamanaka yang memimpin sebuah tim terdiri atas 60 petugas pemadam kebakaran mengatakan, dirinya khawatir orang-orang tua yang hidup sendiri mungkin gagal melarikan diri.
”Orang-orang yang lemah secara fisik juga mungkin sudah terlambat keluar ketika tiba-tiba hujan deras datang dan air membanjiri daerah itu,” kata Yamanaka.
Di Distrik Mabi Kurashiki, banjir meninggalkan lumpur kuning halus. Kondisi itu menghambat aktivitas tim penyelamat dan warga. Orang-orang berkeliling mengenakan masker ataupun menutup mulut mereka dengan handuk kecil untuk melindungi diri sendiri dari partikel lumpur dan debu.
Fumiko Inokuchi (61), salah satu warga Kurashiki, terlihat berada di dalam rumahnya. Ia memilah-milah barang yang rusak karena banjir yang merendam seluruh lantai pertama tempat tinggalnya. Dia mengaku harus melarikan diri dan mengungsi dari rumahnya pada akhir pekan lalu. Ia menyeberang jalan untuk berlindung di rumah perawatan orang lanjut usia. Rumah itu bertingkat tiga. Dari situlah ia mengaku menyaksikan dengan ngeri saat banjir tiba.
”Saya melihat rumah saya tenggelam di bawah air dan saya tidak bisa berbuat apa-apa, tidak ada yang bisa saya lakukan. Saya merasa tidak berdaya,” katanya.
Didera Kekhawatiran
Emosi dan rasa khawatir yang tinggi menghinggapi para korban bencana itu. Antartetangga saling berhubungan satu sama lain selama bencana dan terus-menerus mengirim pesan untuk memeriksa keselamatan masing-masing. Desas-desus beredar tentang penjarah atau pencuri yang menargetkan rumah mereka.
Aktivitas warga sendiri belum dapat dikatakan normal. Kebanyakan toko masih ditutup. Kekacauan akibat banjir bandang terlihat di mana-mana. Lumpur pekat terlihat menggenangi salah satu toko tukang cukur, termasuk sofa, kursi-kursi pelanggan, dan pengering rambut.
Di satu jalan, seorang pekerja toko terlihat membuang minuman yang sudah kedaluwarsa ke saluran pembuangan. Hirotoshi Ohta (50), seorang pekerja konstruksi, mengatakan, perusahaannya kehilangan lebih dari selusin truk akibat bencana banjir.