Pemahaman mengenai Ideologi Indonesia Cegah Pertumbuhan Nilai Radikalisme
Oleh
Ayu Pratiwi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Majelis Perwakilan Indonesia menggelar acara sosialisasi empat pilar MPR RI kepada warga Indonesia yang bekerja di Brunei Darussalam pada 15-17 Juli 2018. Dengan tumbuhnya nilai riskan, seperti radikalisme, separatisme, ataupun ateisme, sosialisasi mengenai ideologi Indonesia berperan besar untuk menjaga toleransi dan kedamaian di dalam negeri
”Sosialisasi empat pilar MPR RI itu perintah undang-undang. Materi itu memang bisa didapatkan secara online. Namun, beda rasanya mendengar langsung dari para wakil rakyat kita di Senayan,” ujar Dubes RI untuk Brunei Darussalam, Sujatmiko, Senin (16/7/2018) di Brunei Darussalam, di Bandar Seri Begawan.
Sosialisasi mengenai empat pilar MPR RI di Brunei Darussalam itu dihadiri Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Ketua Fraksi Partai Demokrat Guntur Sasono, dan Ketua Fraksi PKS TB Soenmanjaja.
Hidayat mengatakan, kondisi di Tanah Air sekarang dibayangi dengan pertumbuhan nilai radikalisme, ateisme, dan separatisme, baik di jajaran legislatif maupun eksekutif. Untuk melawan itu, nilai-nilai empat pilar MPR RI perlu ditumbuhkan kembali, khususmya di kalangan generasi muda. Keempat nilai itu terdiri dari Pancasila, Undang-Undang Dasar RI (UUD RI), Negara Kesatuan RI (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika.
”Kita beruntung memiliki Pancasila, ideologi yang kita tumbuhkan sendiri dan disepakati oleh founding fathers dan founding mothers,” ucap Hidayat. Untuk menjaga nilai-nilai itu, MPR bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memasukkan materi mengenai nilai keempat pilar itu dalam kurikulum dan buku di sekolah. Di kampus, komunikasi secara langsung dilakukan dengan para mahasiswa untuk mencegah pemahaman yang tidak sejalan dengan Pancasila.
Selain upaya pencegahan di lingkungan pendidikan, ada juga pembentukan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) oleh pemerintah yang bertujuan menyebarkan dan melestarikan ideologi Indonesia.
Soenmanjaja mengakui, pergulatan politik saat ini menyebabkan banyak generasi muda menjadi antipati kepada politik. ”(Generasi muda) mungkin sudah alergi politik,” ujarnya.
Parlemen dan hubungan bilateral
Sujatmiko mengungkapkan, kolaborasi Pemerintah RI dan Brunei Darussalam akan terus ditingkatkan demi kemajuan kedua bangsa. ”Hubungan dan kerja sama di antara kedua negara telah terjalin lama dan begitu erat. Kedua sedang dalam proses meningkatkan hubungan itu ke bentuk kerja sama yang lebih konkret,” katanya.
Untuk mendukung upaya itu, hubungan antarparlemen kedua negara penting ditingkatkan. Hal itu mengingat bahwa pemerintah memerlukan dukungan parlemen dalam menerapkan kebijakannya.
Setuju dengan hal itu, Hidayat mengatakan, undangan telah disampaikan kepada Ketua Legislative Council Brunei Darussalam untuk mengunjungi Indonesia. Kunjungan itu, menurut rencana, membahas langkah yang diperlukan untuk meningkatkan kerja sama antarparlemen, tidak hanya secara bilateral, tetapi juga dalam kerangka ASEAN, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), juga forum-forum lainnya.