Personel angkatan laut dari 25 negara sedang berkumpul di kawasan Kepulauan Hawaii, Amerika Serikat. Total ada sekitar 25.000 anggota angkatan laut dari sejumlah negara yang sekarang melakukan latihan operasi militer maritim yang berpusat di kepulauan tersebut. Dikenal sebagai latihan militer terbesar di dunia, Rim of the Pacific Exercise (Rimpac) tahun 2018 meliputi latihan operasi penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan, serta pengerahan kekuatan, seperti pendaratan marinir ataupun penghancuran kapal perang dengan rudal dan torpedo.
Diselenggarakan oleh Armada Pasifik Amerika Serikat, Rimpac 2018 membatalkan undangan terhadap China. Alasannya, Beijing dinilai melakukan militerisasi di kawasan Laut China Selatan yang antara lain ditandai dengan pembangunan infrastruktur militer di sejumlah pulau di perairan tersebut. Sebelum tahun 2018, China mengikuti Rimpac 2014 dan 2016. Latihan militer maritim Rimpac digelar sejak tahun 1971 dan saat itu hanya diikuti lima negara, termasuk AS.
Rimpac 2018 yang berlangsung pada 27 Juni-2 Agustus 2018 diadakan saat situasi agak ”hangat” karena kawasan Laut China Selatan diklaim Beijing sebagai teritorial negara itu. Sejumlah negara, meliputi empat negara anggota ASEAN, bersengketa dengan China di perairan ini. Kekuatan militer AS yang mengklaim berupaya mempertahankan kebebasan dan keterbukaan di perairan ataupun kawasan udara beberapa kali melakukan patroli di kawasan Laut China Selatan. Dalam sejumlah peristiwa, kehadiran kekuatan militer AS di Laut China Selatan memunculkan tensi dengan Beijing.
Indonesia mengirim KRI Makassar dan KRI Raden Eddy Martadinata di Rimpac 2018. Ada sekitar 600 personel Angkatan Laut RI yang mengikuti latihan, termasuk 200-an anggota Marinir. Kolonel A Badrudin, Komandan Pusat Pendidikan Pelaut Komando Pendidikan Operasi Laut TNI AL, di Pearl Harbour, Hawaii, Rabu (18/7/2018), menjelaskan, latihan gabungan dengan pasukan dari negara lain sangat berguna agar tentara Indonesia bisa menyerap ilmu dan memperkaya kemampuan.
Di Rimpac 2018, Badrudin bergabung dalam struktur untuk membantu proses koordinasi latihan. Selama berminggu-minggu, perwira dari Indonesia dan beberapa negara lain, seperti Chile dan Kanada, berkantor di pusat koordinasi latihan, yakni Pacific Warfighting Center, di dalam area Pangkalan Pearl Harbour.
Di sudut lainnya di Pearl Harbour dibangun markas sementara dari tenda. Berbeda dengan Pacific Warfighting Center yang merupakan pusat koordinasi latihan operasi militer, seperti pendaratan pasukan, markas sementara ini merupakan pusat pengendalian operasi bantuan kemanusiaan dan pemulihan dampak bencana (HADR). Pada layar monitor di markas itu tampak sebaran aktivitas pelatihan HADR yang sedang berlangsung di Kepulauan Hawaii.
Panglima Komando Indo Pasifik AS Laksamana Philip S Davidson saat menerima wartawan dari sejumlah negara di kantornya, di Pearl Harbour, Rabu sore, menjelaskan, Rimpac bertujuan memperkaya kerja sama di antara negara-negara Pasifik. Ia lalu menyebut bahwa AS akan terus berupaya mewujudkan kebebasan di laut dan udara yang berbasis pada kerja sama dengan negara-negara lain.
Hingga 2 Agustus nanti, puluhan ribu anggota angkatan laut dari beberapa negara itu mengasah kemampuan dan kerja sama. Semua ini, seperti disampaikan perwira pemimpin operasi Rimpac 2018, memberikan manfaat utama: membuat anggota militer dari banyak negara di Pasifik mengenal satu sama lain. Jika terjadi apa-apa, mereka dengan mudah saling menghubungi dengan kepercayaan yang telah terbangun. Mungkin lewat cara ini bisa dijalin kekuatan maritim untuk mengamankan lalu lintas pelayaran dan menjamin kebebasan di perairan Asia Pasifik hingga Samudra Hindia.