China Perkokoh Kerja Sama di Timur Tengah dan Afrika
Oleh
·3 menit baca
ABU DHABI, SABTU - China mempererat kerja sama dengan negara-negara di Timur Tengah dan Afrika. Peningkatan kerja sama bernilai miliaran dollar AS itu berlangsung di tengah kekhawatiran terkait perang dagang antara China dan Amerika Serikat.
Sejak beberapa hari terakhir, Presiden China Xi Jinping melawat ke Uni Emirat Arab (UEA). Lawatan di UEA berakhir Sabtu (21/7/2018). Dari UAE, lawatan Xi berlanjut ke Afrika.
Selama Xi di UEA, China mendapat sejumlah kerja sama bernilai miliaran dollar AS. Salah satu BUMN minyak UAE, Adnoc, memberikan kontrak 1,6 miliar dollar AS kepada BGP Inc. BGP merupakan anak perusahaan China National Petroleum Company (CNPC). Kontrak itu untuk mencari sumber minyak dan gas baru pada area 53.000 kilometer persegi di darat dan laut UEA.
Selain bidang migas, UEA dan China menyepakati pembangunan zona perdagangan di Dubai. Pembangunan itu bagian dari keterlibatan UEA pada Prakarsa Jalan Sabuk (BRI) yang menghubungkan China dengan Afrika, Eropa, dan wilayah lain di Asia lewat jaringan pelabuhan, rel kereta, pembangkit tenaga listrik, dan zona-zona ekonomi.
Kedua negara juga sepakat akan menghelat latihan militer bersama. Namun, rencana ini tidak dijelaskan secara terinci
Tur ke Afrika
Dari UEA, Xi melanjutkan lawatan ke Afrika. Negara Afrika yang pertama kali disambanginya adalah Senegal. China membidik proyek pelabuhan di pesisir Senegal. Sebelumnya, China sudah terlibat pada proyek kawasan industri dekat Dakar, ibu kota Senegal.
Dari Senegal, Xi dijadwalkan bertolak ke Rwanda untuk menyambangi monumen peringatan tragedi genosida. Xi juga akan bertemu Presiden Rwanda Paul Kagame. Sampai saat ini, tidak dijelaskan apa saja yang akan dibahas Xi dan Kagame.
Selanjutnya Xi akan melawat ke Afrika Selatan untuk menghadiri pertemuan BRICS. Forum kerja sama ekonomi Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan itu akan membahas sejumlah isu. Pertemuan BRICS dihelat di tengah perang dagang AS-China. Para menteri BRICS menyebut keputusan AS memicu perang dagang akan melemahkan perekonomian global.
Militer dan ekonomi
China sebenarnya sejak lama hadir di Afrika. Awalnya, China datang ke Afrika lewat jalur ekonomi. Selain swasta, Pemerintah China juga datang ke Afrika.
Dalam periode 2000-2015, China mengucurkan pinjaman 94 miliar dollar AS ke negara dan BUMN Afrika. Banyak pihak memperingatkan akan bahaya utang ke China.
Selain mengucurkan utang, China juga membangun aneka proyek infrastruktur di Afrika. China mempunyai proyek ambisius, seperti proyek rel dan jalan dari Djibouti sampai Sudan Selatan dan Senegal.
Aneka proyek infrastruktur China di Afrika merupakan perwujudan dari proyek BRI. China memang menjadikan Afrika sebagai salah satu fokus pelaksanaan aneka proyek BRI.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Afrika menjadi salah satu penyebab China aktif di sana. Negara yang disambangi Xi masuk daftar negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Di Senegal, pertumbuhan ekonomi mencapai 7,2 persen. Sementara pertumbuhan ekonomi Rwanda mencapai 6,1 persen. Hanya Afsel yang rendah dengan 1,3 persen. Gejolak politik dalam negeri disebut menjadi salah satu penyebab pertumbuhan ekonomi Afsel terhambat tahun lalu.
Meskipun demikian, Afrika tetap menarik bagi China. Tidak hanya secara ekonomi, China juga dekat secara militer dengan Afrika. China kini menjadi pemasok senjata terbesar Afrika. Bahkan, China mempunyai pangkalan militer di Djibouti. Pangkalan itu mulai beroperasi sejak 2017. (AP/AFP/RAZ)