Jalur Gaza saat ini ibarat duri dalam daging bagi Israel dalam konflik dengan Palestina. Meski Mesir yang dibantu PBB berhasil mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza pekan lalu, eskalasi militer tetap terjadi secara tiba-tiba setiap saat di wilayah yang—bagi Israel—dikenal sebagai neraka itu.
Situasi lapangan terakhir ini, khususnya di sepanjang perbatasan Jalur Gaza-Israel yang sulit dikendalikan Hamas dan militer Israel, menjadi faktor utama eskalasi militer secara tiba-tiba setiap saat dan di luar dugaan Hamas ataupun Israel. Tindakan militer Israel secara berlebihan dengan menembakkan peluru secara membabi buta ke arah kerumunan pemuda Palestina selalu menjadi faktor meletusnya konflik militer lebih luas di Jalur Gaza terakhir ini.
Inilah yang terjadi dalam dua pekan terakhir ini. Dalam sepekan ini, Hamas telah dua kali mengumumkan tercapai gencatan senjata di Jalur Gaza. Tercapainya gencatan senjata itu berkat upaya keras mediasi Mesir yang dibantu PBB agar tidak terjadi eskalasi militer yang sulit dikendalikan di wilayah itu.
Jubir Hamas, Fauzy Barhoom, melalui akun Twitter-nya, Sabtu (21/7/2018), mengumumkan, telah kembali tercapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza berkat upaya Mesir dan PBB. Sekalipun demikian, artileri Israel pada Sabtu kemarin masih melancarkan tiga gempuran ke arah sasaran Hamas dekat Gaza City. Ini pelanggaran pertama atas kesepakatan gencatan.
Sebelumnya, Sabtu (14/7/2018) pekan lalu, Mesir dan PBB juga berhasil mendorong Hamas dan faksi-faksi Palestina lainnya mencapai gencatan senjata dengan Israel.
Eskalasi militer di Jalur Gaza pekan ini secara tiba-tiba kembali meletus menyusul bentrokan antara pasukan pendudukan Israel dan ratusan pemuda Palestina setelah shalat Jumat di area perbatasan Jalur Gaza-Israel, sebelah timur Gaza City.
Pasukan pendudukan Israel kembali mengambil tindakan berlebihan dalam menghadapi unjuk rasa di area perbatasan itu dengan menembak secara membabi buta ratusan pemuda Palestina. Muhammad Sharif Badwan (27), pemuda Palestina, tewas akibat tembakan pasukan Israel, sedangkan 210 pemuda lain luka-luka.
Milisi Hamas segera membalas dengan menembakkan tiga roket ke arah wilayah Israel. Pesawat tempur Israel kemudian pada Jumat malam melancarkan serangan balasan dengan menggempur posisi sayap militer Hamas, Izz ad-Din al-Qassam, dekat kota Rafah, Khan Yunis, dan Gaza City. Sedikitnya tiga anggota sayap militer Hamas tewas akibat gempuran Israel itu. Israel mengakui, seorang anggota pasukannya tewas akibat tembakan Palestina.
Meskipun telah kembali tercapai kesepakatan gencatan senjata, sangat dikhawatirkan setiap saat akan terjadi eskalasi militer lagi di Jalur Gaza. Pasalnya, situasi Jalur Gaza dikenal sangat rentan meletupkan konflik militer secara luas antara Israel dan faksi-faksi Palestina, khususnya Hamas dan Jihad Islami, dua faksi terbesar di Jalur Gaza.
Faktor utama yang setiap saat bisa memicu eskalasi militer di Jalur Gaza saat ini adalah adanya Gerakan Perjalanan Pulang yang digerakkan sejak 30 Maret lalu. Gerakan ini digelar untuk menunjukkan kepada masyarakat internasional tentang hak kembali rakyat Palestina ke kampung halaman mereka setelah mereka terusir pada perang Arab-Israel pertama tahun 1948.
Gerakan itu juga sekaligus upaya untuk mengakhiri blokade Israel atas Jalur Gaza sejak tahun 2007 saat Hamas mengambil alih kekuasaan penuh di Jalur Gaza dari otoritas Palestina pimpinan Presiden Mahmoud Abbas. Sudah 149 warga Palestina tewas dalam aksi gerakan itu akibat bentrok dengan pasukan Israel di beberapa titik sepanjang perbatasan Gaza-Israel.
Pihak Palestina bersikeras akan terus melakukan Gerakan Perjalanan Pulang setiap hari Jumat di sepanjang perbatasan Jalur Gaza-Israel sampai Israel mencabut blokade atas Jalur Gaza. Salah satu prestasi besar Palestina berkat gerakan itu adalah menciptakan layangan yang membawa sejumlah helai kain pembakar dan bom molotov. Pesawat layangan tersebut langsung membakar ketika mendarat atau jatuh di lahan-lahan pertanian milik warga Yahudi di sekitar wilayah Jalur Gaza.
Sejak akhir Maret hingga Mei, pihak Palestina telah menerbangkan 600 layangan ke wilayah Israel, yang telah membakar 2.500 hektar tanah pertanian Israel dengan kerugian materi mencapai 3 juta dollar AS. Israel berkali-kali mengancam akan melancarkan agresi militer langsung ke Jalur Gaza jika Palestina tidak menghentikan menerbangkan layangan itu.
Perjuangan Palestina itu mulai membuahkan hasil dengan munculnya Proyek Gaza First yang digulirkan pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Gaza First adalah misi bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza dengan cara mengakhiri blokade atas wilayah tersebut yang berlangsung sejak tahun 2007.