KAIRO, KOMPAS -- Sekelompok milisi yang diduga kuat loyalis kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), Rabu (25/7/2018), secara mengejutkan melancarkan serangkaian serangan bunuh diri terkoordinasi di kota Sweida dan sejumlah desa arah timur laut kota Sweida, Suriah. Stasiun televisi Aljazeera mengutip stasiun lokal Suriah menyebut, sedikitnya 50 tewas dan 80 lainnya luka-luka akibat serangan itu.
Direktur lembaga pemantau HAM Suriah (SOHR) yang berbasis di London, Rami Abdurrahman, seperti dikutip AFP, mengungkapkan, tiga ledakan bom ikat pinggang yang dikenakan para pelaku serangan dengan mengendarai sepeda motor menyasar pasar sayur-sayuran Sweida. Ledakan lain menghantam beberapa desa arah timur laut kota Sweida.
Provinsi Sweida adalah satu-satunya propinsi di Suriah selatan yang tetap dikontrol pemerintah rezim Presiden Bashar al-Assad sejak meletusnya revolusi Suriah tahun 2011. Adapun dua propinsi lainnya di Suriah Selatan, yaitu Daraa dan Quneitra, sempat dikontrol oposisi.
Serangkaian serangan bunuh diri loyalis NIIS di Sweida yang dikenal basis rezim al-Assad diduga kuat merupakan serangan balasan. Selama dua pekan terakhir, pesawat tempur Rusia dan Suriah menggempur secara masif lembah Yarmouk yang dikenal basis NIIS di Suriah selatan dan barat dayat.
Pada Jumat (20/7/2018) lalu, sedikitnya 32 warga sipil tewas, di antaranya 11 anak kecil, akibat gempuran pesawat tempur Rusia dan Suriah atas basis NIIS tersebut. Pesawat melancarkan lebih dari 120 gempuran atas desa-desa yang dikontrol NIIS di Yarmouk, antara lain Saham Golan dan Adwan.
Kini hanya NIIS yang melakukan perlawanan sengit terhadap serangan masif Rusia dan pasukan al-Assad, serta milisi loyalis Iran di Suriah selatan dan barat daya yang dilancarkan sejak 19 Juni. Bahkan, milisi NIIS melancarkan ekspansi serangan di luar basis mereka, dengan merebut desa-desa yang ditinggalkan pasukan oposisi.
Pesawat melancarkan lebih dari 120 gempuran atas desa-desa yang dikontrol NIIS di Yarmouk, antara lain Saham Golan dan Adwan.
Milisi NIIS dilaporkan, pada Minggu silam, berhasil menguasai 18 desa dekat Dataran Tinggi Golan yang ditinggalkan pasukan oposisi. Di beberapa area di Suriah selatan dan barat daya, milisi NIIS dan pasukan al-Assad memperebutkan desa-desa yang ditinggalkan oleh tentara oposisi.
Militer al-Assad, milisi loyalis Iran, dan Rusia berhasil mengontrol 80-90 persen Provinsi Daraa serta Qineitra, pasca serangan besar-besaran itu dan pasukan oposisi Suriah memilih menyerah diri. Hanya kantong NIIS di Yarmouk yang berada di area sempit perbatasan Suriah, Israel, dan Jordania yang belum dikontrol Rusia dan rezim al-Assad. Milisi NIIS di Suriah selatan dikenal dengan sebutan Jais Khaled Bin Walid.
ilisi NIIS di Suriah selatan dikenal dengan sebutan Jais Khaled Bin Walid.
Diperkirakan, Jais Khaled Bin Walid, yang kini mempertahankan mati-matian lembah Yarmouk, meliputi 1.000 hingga 1.500 personel dengan senjata lengkap. Jais Khaled Bin Walid diterangai memiliki senjata menengah dan berat, seperti tank, kendaraan lapis baja, serta meriam dalam berbagai ukuran.
Beberapa kali diberitakan pula, milisi NIIS tersebut mendapat suplai senjata dari Israel untuk melawan milisi loyalis Iran dan pasukan rezim al-Assad. Berbagai laporan intelijen selama ini menyebutkan, Israel menggandeng NIIS untuk menghadapi musuh bersama, yaitu Iran.
Sementara itu, Israel, Selasa (24/7/2018), menembak jatuh dengan sistem pertahanan udara Patriot buatan AS pesawat tempur Suriah, Sukhoi, di atas Dataran Tinggi Golan. Israel menuduh pesawat tempur Sukhoi milik Suriah terbang masuk sejauh 2 kilometer di atas teritorial udara Dataran Tinggi Golan yang dikontrol Israel sejak perang Arab-Israel tahun 1967 itu.
Namun, Damaskus membantah klaim Israel itu, dan menyebutkan bahwa pesawat tempur bermisi menggempur sasaran NIIS dekat Dataran Tinggi Golan. Wilayah ini tidak masuk teritorial udara Dataran Tinggi Golan yang dikontrol oleh Israel.