Serangan Bom di Filipina Selatan Tewaskan 11 Orang
Oleh
Elok Dyah Messwati
·2 menit baca
MANILA, SELASA - Sebuah bom yang diduga diletakkan dalam sebuah mobil meledak dan menewaskan 11 orang di dekat pos pemeriksaan militer di Lamitan, Pulau Basilan, Filipina selatan, pada Selasa (31/7/2018).
Pejabat Filipina menuding kelompok militan Abu Sayyaf sebagai pelaku serangan bom tersebut.
Menurut juru bicara militer Filipina Kolonel Edgard Arevalo, satu orang yang dicurigai sebagai pelaku bom, seorang tentara, lima paramiliter, dan empat warga sipil, termasuk seorang ibu dan anaknya, tewas. Sedangkan tujuh orang lainnya cedera.
Ledakan itu terjadi beberapa saat setelah tentara Filipina menghentikan mobil tersebut dan berbicara dengan pengemudi. Tak lama kemudian, kendaraan itu meledak dan menewaskan 11 orang yang ada di sekitarnya.
Basilan adalah basis kelompok Abu Sayyaf yang terkenal karena beberapa kali melakukan penculikan. Serangan bom mobil sangat jarang terjadi di Filipina, meskipun ada kekerasan separatis yang mengguncang wilayah Mindanao dan menarik ekstremis asing.
Seorang tentara Filipina yang diwawancarai radio DZMM mengatakan, pengemudi kendaraan yang diduga meledakkan bom tersebut berbicara dalam dialek yang tidak dikenal.
Diselidiki
Edgard Arevalo mengatakan, pihak berwenang Filipina kini sedang menyelidiki insiden bom tersebut dan sejauh ini tidak ada dasar untuk menyimpulkan bahwa insiden itu adalah pemboman bunuh diri atau dilakukan oleh orang asing.
Dia mengatakan, intelijen telah mengindikasikan ada rencana kelompok militan untuk membuat bom rakitan dan menarget markas tentara Filipina.
Pulau Basilan adalah wilayah yang tidak boleh dikunjungi oleh sebagian besar warga Filipina. Negara-negara Barat biasanya memperingatkan warganya untuk menjauhi Pulau Basilan karena adanya penetrasi kelompok Abu Sayyaf, serta serangan militer Filipina yang mentargetkan kelompok militan di Basilan.
Kelompok Abu Sayyaf terkenal karena pernah menculik nelayan dan kru kapal komersial sebagai sandera. Tak hanya itu, kelompok ini juga dikenal karena kekejamannya mengeksekusi tawanan Barat yang tebusannya tidak dibayar.
Tawaran damai
Presiden Filipina Rodrigo Duterte berada di pulau lain di dekat Basilan pada akhir pekan lalu dan telah menawarkan pembicaraan damai dengan beberapa faksi Abu Sayyaf.
Penawaran Duterte disampaikan dua hari setelah ia menyetujui undang-undang yang akan mengizinkan minoritas Muslim di wilayah itu untuk membentuk daerah otonom baru dengan kekuatan politik dan ekonominya sendiri.
Juru bicara Duterte, Harry Roque, mengecam serangan bom yang menewaskan warga sipil itu, dan menyebutnya sebagai tindakan ilegal, bahkan pada saat konflik bersenjata. Senator Risa Hontiveros menyebutnya sebagai "serangan mengerikan" dan "tindakan pengecut" yang dinilai tidak mendukung gerakan menuju penentuan nasib sendiri bagi warga Muslim di wilayah itu.