SANA’A, JUMAT — Serangan udara di dekat pelabuhan perikanan di Hodeidah, Yaman, mengakibatkan puluhan orang tewas. Koalisi pimpinan Arab Saudi membantah terlibat dalam serangan itu.
Pengelola Rumah Sakit Al Thawra menyebutkan, serangan udara pada Kamis (2/8/2018) malam itu menyasar gerbang utama bangunan rumah sakit. Akibatnya, puluhan orang meninggal dan belasan orang terluka.
Jumlah korban tewas simpang siur. Sebagian menyebutkan korban tewas 26 orang, sedangkan sumber lain menyebutkan korban tewas mencapai 40 orang.
Komite Palang Merah Internasional menyatakan sudah mengirim peralatan medis ke Rumah Sakit Al Thawra. Peralatan digunakan untuk merawat 50 orang yang berada dalam kondisi kritis akibat serangan.
Adapun Save the Children, LSM yang menangani anak-anak, menyebutkan, setidaknya satu ledakan terjadi di dekat rumah sakit terbesar di Hodeidah itu. Rumah sakit tersebut merupakan andalan untuk perawatan difteri yang mewabah di Yaman.
”Bom meledak tepat di luar rumah sakit, di jalan. Lalu, ada ledakan lain di belakang. Saya melihat orang berlarian dan tubuh-tubuh di jalanan. Sangat tidak bisa diterima apabila warga sipil jadi sasaran serangan dan orang-orang di jalan dengan mudah menjadi korban kekerasan ini,” tutur seorang saksi mata yang pernyataannya disebarkan Save the Children.
Saya melihat orang berlarian dan tubuh-tubuh di jalanan.
Serangan udara terjadi kala Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengupayakan gencatan senjata antara pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi bersama pendukung Pemerintah Yaman dan milisi Houthi. Selama beberapa pekan terakhir, koalisi mengerahkan serangan udara dan darat untuk merebut kontrol pelabuhan Hodeidah dari Houthi. Di sisi lain, milisi Houthi hanya mengandalkan serangan darat.
”Koalisi tidak menggelar serangan udara di Hodeidah. Milisi Houthi yang bertanggung jawab. Koalisi mengikuti pendekatan transparan dan ketat berdasarkan hukum internasional. Kami akan memburu tudingan apa pun dan jika ada yang bertanggung jawab, kami akan menanganinya secara transparan,” ujar juru bicara koalisi Kolonel Turki al-Maliki.
Koalisi Saudi berusaha merebut Hodeidah dari Houthi dengan alasan untuk memutus pasokan senjata bagi pemberontak itu. Houthi menolak menyerahkan kendali pelabuhan terbesar Yaman itu kepada koalisi Saudi. Houthi menawarkan pelabuhan tersebut dikendalikan PBB atau lembaga internasional lain.
Gempuran pada Hodeidah merupakan salah satu cara koalisi Saudi merebut pelabuhan itu. Sebelumnya, koalisi Saudi pernah memblokade pelabuhan itu sehingga kapal sama sekali tidak masuk. Blokade dikecam dunia internasional karena menghambat pasokan bantuan bagi warga Yaman yang kesulitan akibat perang sejak 2015.
Setelah blokade diakhiri, kini Saudi memilih menggempur Hodeidah. Sampai sekarang, Houthi masih tetap mengontrol Hodeidah. Houthi yang disokong Iran juga masih mengontrol Sana’a, ibu kota Yaman, dan sejumlah daerah lain di negara tersebut. (REUTERS)