Presiden Maduro Ancam Beri Hukuman Maksimal pada Pelaku Serangan "Drone"
Oleh
RETNO BINTARTI
·2 menit baca
CARACAS, MINGGU -- Aparat menahan enam tersangka yang dituduh mencoba membunuh Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Mereka diancam hukuman maksimal.
Presiden Maduro, Minggu (5/8/2018), menyatakan tak akan memaafkan pelaku percobaan pembunuhan dirinya. Menteri Dalam Negeri dan Kehakiman Nestor Reverol mengatakan, ada kemungkinan penambahan tersangka lain.
Militer menyebut apa yang dilakukan para tersangka sebagai tindakan barbarisme yang dilakukan oleh mereka yang putus asa demi menciptakan kekacauan. Jaksa Agung Tarek William Saab menjanjikan segera mengumumkan nama-nama tersangka. Dua perangkat pesawat tanpa awak (drone) yang digunakan untuk menyerang presiden, sudah diamankan untuk barang bukti.
Menurut Saab, masing-masing pesawat tanpa awak itu membawa satu kilogram bahan peledak C4 yang mampu merusak dalam radius 50 meter.
Presiden Maduro tengah berpidato dalam peringatan ulang tahun ke-81 Garda Nasional di Caracas, Sabtu (4/8/2018), ketika pesawat tanpa awak melintas di udara dan mengeluarkan bunyi ledakan. Para pengawal dan tentara yang berada tak jauh dari panggung segera menyelamatkan Maduro. Sebagian tentara, seperti terlihat pada tayangan televisi, berlari meninggalkan barisan.
Reverol menyatakan, pesawat pertama berhasil "dialihkan" oleh pasukan keamanan, sedang yang satu lagi jatuh sendiri dan menimpa gedung apartemen.
Dituduh merekayasa
Maduro menuduh oposisi, pemerintah Kolombia, dan pendukung dana yang tinggal di Florida, AS, sebagai pihak-pihak yang bertanggung jawab atas insiden itu. Maduro tidak menyebut Gerakan Nasional Tentara Berkaus T Shirt, kendati mereka mengklaim bertanggung jawab.
Pemerintah Kolombia menyangkal tuduhan Maduro, demikian pula Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton. "Tak ada keterlibatan pemerintah AS," kata Bolton.
Dalam wawancara dengan jaringan televisi Fox News, Minggu, dia justru menuduh insiden itu dibuat oleh rezim Venezuela. Oposisi menyatakan hal serupa dengan mengatakan, Maduro merekayasa atau membesar-besarkan insiden keamanan guna mengalihkan perhatian dari masalah hiperinflasi dan krisis bahan-bahan pokok di Venezuela.
Leopoldo Lopez, mantan Wali Kota Distrik Chacao di Caracas yang kini berstatus tahanan rumah, melihat pemerintah mencari keuntungan atas insiden tersebut. Dia curiga hal ini dilakukan untuk mengkriminalkan mereka yang berseberangan dengan pemerintah.
Dua dari enam tersangka yang ditangkap aparat tercatat pernah terlibat dalam serangan militer tahun 2017 dan seorang lagi ikut protes anti Maduro tahun 2014. (AFP/AP/REUTERS)