Penduduk Australia Tembus 25 Juta Jiwa, Sebagian Besar Adalah Migran
Oleh
Harry Bhaskara (dari Brisbane, Australia)
·3 menit baca
BRISBANE, KOMPAS -- Jumlah penduduk Australia mencapai 25 juta jiwa pada Selasa (7/8/2018) malam, menurut Biro Statistik Australia (ABS), yang menghitung pertambahan penduduk berdasarkan perhitungan jam. Data ini mencuatkan kembali perdebatan soal masalah kepadatan penduduk dan tekanan infrastruktur di kota-kota utama di Australia.
ABS menghitung, penduduk Australia bertambah satu orang setiap 83 detik. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pertambahan migran lebih besar dari laju pertambahan penduduk melalui kelahiran. Total pergerakan manusia—jumlah yang datang dikurangi jumlah yang pergi—mencapai 62 persen, sedangkan pertambahan penduduk melalui kelahiran 38 persen.
Tahun lalu, pertambahan penduduk mencapai 388.000, dan sekitar 60 persen di antaranya akibat imigrasi warga yang memiliki keterampilan khusus atau visa keluarga. Namun, meski wilayah Australia sangat luar, hampir 90 persen warga pendatang baru memilih tinggal di Melbourne dan Sydney.
"Ada beberapa area yang merasakan tekanan penduduk, tetapi ada daerah-daerah lain di Australia yang sebenarnya butuh sekali tambahan penduduk," kata Alan Tudge, Menteri Kewarganegaraan, kepada ABC. "Kami butuh distribusi migrasi yang lebih baik di seluruh Australia karena hampir seluruh migrasi menuju Melbourne dan Sydney saat ini."
Sukses ekonomi Australia dibangun di atas migrasi, menurut data sensus terbaru, dengan lebih dari sepertiga penduduk negeri itu lahir di luar negeri.
Tudge ingin para migran mencari tempat menetap di luar dua kota terbesar itu untuk memperbesar peluang mereka mencari pekerjaan. Pertambahan cepat pada jumlah migran ke Australia juga memantik perdebatan soal dampak ekonomi dan sosialnya.
"Menangani (masalah itu) berarti terus berinvestasi pada infrastruktur," kata Scott Morrison, Menteri Keuangan, kepada Radio 3AW saat ditanya apakah Australia mampu menangani 25 juta jiwa. "Itu sebabnya kami menetapkan rencana infrastruktur senilai 75 miliar dollar Australia. Harus ada dukungan terhadap pertumbuhan yang kita lihat pada penduduk kita."
Sukses ekonomi Australia dibangun di atas migrasi, menurut data sensus terbaru, dengan lebih dari sepertiga penduduk negeri itu lahir di luar negeri. Data sensus itu menunjukkan bahwa Inggris, China, Selandia Baru, dan India sebagai negara-negara teratas tempat asal para migran.
"China dan India merupakan kelompok migran terbesar sejak awal abad ke-21,” tutur George Megalogenis, pengarang dan komentator politik, pada ABC News,
Kelompok migran terbesar adalah mereka yang lahir di China, yakni 15,8 persen dari total imigran yang datang. Bila dibagi menurut kategori, mahasiswa internasional merupakan jumlah terbesar dengan angka terbanyak adalah yang lahir di China.
Di masa datang, menurut prediksi Megalogenis, perkawinan yang paling banyak terjadi adalah antara migran yang lahir di China dan India. "Salah satu kemajuan terbesar Australia pada abad ke-19, yaitu mengikis sektarianisme,” kata Megalogenis, "waktu itu perkawinan terbanyak adalah antara migran Inggris beragama Protestan dan migran Irlandia beragama Katolik.
Namun, imigrasi menjadi salah satu isu panas politik Australia. Politisi sayap kanan Pauline Hanson menyalahkan pertambahan jumlah migran sebagai penyebab meningkatnya ketidakadilan di Australia. Pemerintah koalisi kanan-tengah dan oposisi Partai Buruh mulai berkampanye untuk pemilu di Negara Bagian New South Wales, Maret 2019; dan pemilu nasional, Mei 2019. (AFP/REUTERS/SAM)