JAKARTA, KOMPAS -ASEAN dan Amerika Serikat tengah bersaing dalam mengajukan konsep Indo-Pasifik. Konsep ASEAN bisa diterima dan memenangi persaingan itu apabila ASEAN bersatu dan mengutamakan sentralitas ASEAN.
”Dalam konsep AS, Indo-Pasifik untuk menghadang inisiatif One Belt One Road (OBOR) China,” ujar Kepala Miriam Budiardjo Resource Center Universitas Indonesia Evi Fitriani dalam seminar bertajuk ”ASEAN Centrality within Indo-Pacific” di Jakarta, Selasa (14/8/2018). Seminar yang diselenggarakan lembaga The Habibie Center itu juga menghadirkan Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri Siswo Pramono dan Deputi III Kementerian Koordinator Kemaritiman Ridwan Djamaluddin sebagai pembicara.
Evi mengatakan, AS memang belum menjabarkan konsep Indo-Pasifik-nya secara terperinci. Indo-Pasifik sebagai penghadang laju perluasan pengaruh China disampaikan oleh Presiden AS Donald Trump pada 2017. Tidak tertutup kemungkinan konsep Indo-Pasifik AS hanya nama baru untuk doktrin Penyeimbangan Ulang Pasifik.
Doktrin di masa pemerintahan Barack Obama itu lebih untuk pendekatan militer. Dalam doktrin itu, AS akan meningkatkan jumlah kapal perangnya di Samudra Pasifik.
Konsep itu jelas berbeda dibandingkan dengan versi Indonesia dan ASEAN. Menurut Siswo, Indo-Pasifik yang diajukan Indonesia dan ASEAN untuk merangkul semua pihak. Dalam konsep itu, diutamakan pembiasaan dialog dan penghormatan terhadap hukum.
Di ASEAN, gagasan Indo-Pasifik diinisiasi Indonesia. Dalam Pertemuan Menlu ASEAN (AMM) di Singapura, awal Agustus ini, gagasan itu kembali diangkat delegasi Indonesia yang dipimpin Menlu Retno LP Marsudi. Komunike Bersama AMM mencatat konsep Indo-Pasifik yang diajukan Indonesia.
Dalam konsep ASEAN, Indo-Pasifik bertujuan menciptakan lingkungan untuk perdamaian dan stabilitas. Tujuan itu bisa dicapai dengan mempromosikan kesejahteraan melalui kerja sama ekonomi. Di internal ASEAN, perlu untuk memacu kesalingterhubungan antarnegara anggota ASEAN.
Sentralitas ASEAN
Evi mengatakan, ASEAN harus bersatu dan mendorong sentralitas ASEAN jika ingin konsepnya diterima. Persatuan ASEAN akan sangat membutuhkan kepemimpinan Indonesia. ”ASEAN dan Indonesia saling membutuhkan. Tanpa ASEAN, Indonesia tidak bisa menjadi kekuatan baru atau mencapai kekuatan seperti sekarang. ASEAN juga tidak bisa seperti sekarang tanpa Indonesia atau tidak bersatu,” tuturnya.
Meskipun demikian, penting bagi Indonesia untuk tetap rendah hati dan jangan sampai terkesan merasa lebih tinggi dari negara lain. Indonesia juga harus meningkatkan kapasitasnya agar layak menjadi pemimpin ASEAN. (RAZ)