Incirlik yang Tak Terusik
Washington dan Ankara tengah bersitegang. Namun, dinamika itu tidak mengusik keberadaan basis militer AS di Incirlik. Pangkalan itu menunjang kepentingan mereka masing-masing.
Meski krisis hubungan Amerika Serikat dan Turki kini mencapai puncaknya, kedua negara belum mengusik isu tentang masa depan pangkalan udara militer AS dan NATO di Incirlik yang berada di Provinsi Adana, wilayah di bagian selatan Turki.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sampai saat ini tidak pernah mengancam akan menutup pangkalan udara militer Incirlik itu. Sebaliknya, Presiden AS Donald Trump tidak pernah pula mengancam akan menarik pasukan AS dari pangkalan udara militer tersebut.
Maka, sejauh ini pangkalan udara militer Incirlik masih terbebas dari hiruk-pikuk krisis hubungan AS-Turki.
Padahal, jika diperhatikan, baik Trump maupun Erdogan telah mengeluarkan hampir semua jurus untuk melemahkan satu sama lain. Erdogan, Selasa (14/8/2018), telah menyerukan agar rakyat Turki tidak membeli lagi produk elektronik buatan AS, termasuk Iphone.
Menteri Perdagangan Turki Ruhsar Pekcan, Jumat lalu, kembali mengancam akan mengambil tindakan baru jika AS menjatuhkan sanksi tambahan terhadap Turki terkait kasus penahanan Pendeta Andrew Brunson.
Incirlik
AS membangun pangkalan udara militer Incirlik pada tahun 1951 saat terlibat perang dingin cukup sengit dengan Uni Soviet. Pangkalan udara militer Incirlik dirancang untuk mengepung Uni Soviet dari arah selatan.
Setelah Uni Soviet ambruk tahun 1989/1990, AS menggunakan pangkalan udara tersebut untuk memerangi jaringan Tanzim al Qaeda pimpinan Osama bin Laden yang berkembang pada era tahun 1990-an.
Selain itu, AS juga menggunakan pangkalan udara Incirlik untuk memerangi jaringan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) yang sangat berkembang bersamaan dengan revolusi Arab tahun 2011.
Mengapa pangkalan udara militer Incirlik luput dari ancaman Trump ataupun Erdogan? Ada dua faktor utama yang membuat Trump tidak berani menyinggung pangkalan udara Incirlik.
Pertama, AS akhir-akhir ini semakin membutuhkan pangkalan udara militer Incirlik menyusul Rusia yang sejak tahun 2015 juga mengembangkan pangkalan udara militer Khmeimim di dekat kota Latikia, Suriah. Jarak antara Incirlik dan Khmeimim hanya sekitar 300 kilometer. Oleh karena itu, peran pangkalan udara Incirlik saat ini kembali seperti era perang dingin AS-Uni Soviet. Pangkalan itu diposisikan kembali untuk menghadapi Rusia.
Kedua, Laut Mediterania atau Laut Tengah bagian timur terakhir ini diketahui memiliki cadangan gas terbesar di dunia. Siapa yang mengontrol Laut Tengah berarti bisa mengontrol kawasan Timur Tengah dan pintu masuk menuju Asia melalui Terusan Suez.
Menurut lembaga kajian geologi AS, cadangan minyak dan gas ditemukan di area seluas 83.000 kilometer persegi di Laut Tengah bagian timur dengan cadangan gas mencapai 287 triliun kubik dan minyak cair mencapai 1,7 miliar barrel.
Strategis
Pangkalan udara Incirlik adalah satu-satunya pangkalan udara militer AS/NATO yang memiliki akses langsung ke Laut Tengah karena berada di Provinsi Adana. Wilayah itu berada tepat di pesisir Laut Tengah.
Erdogan juga belum berani menyinggung pangkalan udara militer tersebut. Alasannya, karena pangkalan udara Incirlik tidak hanya terkait dengan AS, tetapi juga NATO yang beranggotakan negara-negara Eropa Barat.
Erdogan sedang butuh dukungan Eropa untuk melawan AS. Erdogan menganggap, terganggunya hubungan Eropa-Turki saat ini merupakan langkah bunuh diri bagi Ankara.
Selama ini, neraca perdagangan terbesar Turki adalah dengan Eropa. Neraca perdagangan kedua negara mencapai 84,7 miliar dollar AS per tahun.
Kedua, Erdogan ingin menggunakan pangkalan udara Incirlik untuk membangun citra di mata masyarakat internasional bahwa Turki adalah ujung tombak dalam memerangi NIIS. Seperti diketahui, dalam perang menghadapi NIIS, pangkalan udara Incirlik memainkan fungsi sangat penting.
Selain menjadi salah satu basis logistik untuk mendukung serangan, pangkalan udara Incirlik juga menjadi salah satu titik tolak serangan udara koalisi AS untuk menghancurkan posisi dan basis pertahanan NIIS yang tersebar di sejumlah wilayah di Irak dan Suriah.