QUITO, RABU Arus warga Venezuela yang meninggalkan negaranya terus berlangsung. Pada tahun ini saja tercatat sudah 423.000 orang Venezuela masuk ke Ekuador.
Pihak berwajib Ekuador, Rabu (22/8/2018), menyatakan telah mengirim bus-bus untuk membawa migran Venezuela yang telanjur berada di perbatasan Ekuador-Kolombia di utara menuju perbatasan Ekuador-Peru di sebelah selatan. Kloter terakhir yang meliputi 250 orang telah diangkut sebelum Ekuador memperketat arus masuk dengan mensyaratkan migran untuk menunjukkan paspor.
Ketentuan baru yang mendadak diberlakukan itu membuat banyak orang Venezuela kian putus asa. Maly Aviles (26), misalnya, bersama teman-temannya sudah menunggu solusi berhari-hari di perbatasan Ekuador-Kolombia sampai akhirnya datang bus-bus. ”Tak mungkin kembali. Pulang ke Venezuela berarti bunuh diri,” kata Aviles.
Kebanyakan dari mereka masuk ke Ekuador untuk melanjutkan perjalanan ke Peru. Sebelum mencapai Ekuador, para pengungsi terlebih dahulu melintasi Kolombia.
Pemerintah Peru kini mulai kewalahan menerima migran, seperti halnya Ekuador. Mengikuti langkah Ekuador, Peru akan memperketat arus masuk dengan meminta paspor. Kartu identitas nasional yang sebelumnya bisa diterima, mulai Sabtu besok dinyatakan tak berlaku.
Kondisi Venezuela dengan inflasi 82.000 persen pada Juli lalu semakin menyulitkan warga. Untuk mengatasi inflasi, pemerintahan Presiden Nicolas Maduro awal pekan ini mengeluarkan mata uang bolivar baru yang sudah direvaluasi. Pecahan 1.000.000 bolivar lama kini nilainya sama dengan 10 bolivar atau terjadi pemotongan lima digit. Maduro meminta bank dan konsumen membiasakan diri dengan harga-harga baru.
Banyak toko di Caracas memutuskan tutup akibat kebijakan baru ini karena kebingungan. Di Maracaibo, kota kedua terbesar, kondisinya jauh lebih buruk karena sudah sembilan bulan pasokan listrik di kota itu digilir. Kota yang dulu disebut sebagai ”Arab Saudi-nya Venezuela” karena kemakmurannya kini menjadi wilayah suram. Warga Maracaibo mengantre membeli daging yang kondisinya sudah jelek. Beberapa warga bersedia makan daging sapi yang membusuk karena harganya lebih murah.
”Baunya sedikit busuk, tetapi bisa dibilas dengan sedikit cuka dan lemon,” ujar seorang pembeli di toko daging. Kualitas daging buruk karena pedagang tak bisa menyimpannya di lemari pendingin yang tak berfungsi akibat ketiadaan listrik.
Keterpurukan ekonomi Venezuela mengakibatkan rakyat lapar dan sakit. Selain kekurangan pangan, negara yang pernah kaya karena minyak ini kehabisan obat-obatan. (AP/REUTERS/RET)