BEIJING, KAMIS -- Lembaga pemeringkat Moody\'s Investors Service menyatakan, hubungan dagang Amerika Serikat-China diperkirakan memburuk sepanjang 2018. Jika proyeksi itu benar, maka prospek pertumbuhan ekonomi global pada tahun depan dapat terpengaruh secara negatif.
Demikian termuat dalam laporan penelitian terbaru Moody\'s sebagaimana dilaporkan oleh Bloomberg, Kamis (23/8/2019). ”Tensi perdagangan AS dengan China tampaknya akan memburuk tahun ini sehingga membebani pertumbuhan perekomian global pada 2019. Sebagian besar efek dari halangan-halangan perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi akan dirasakan pada tahun 2019,” ungkap Moody\'s dalam risetnya.
Secara khusus, Moody\'s menekankan bahwa tarif tambahan akan menjadi skenario yang dipilih untuk menekan pihak yang dikenai kebijakan itu. Dalam kasus AS-China, efeknya langsung akan dirasakan oleh kedua pemerintahan jika mereka saling menerapkan tarif impor. Namun, mengingat posisi keduanya sebagai negara dengan tingkat perekonomian terbesar di dunia, maka efeknya akan dirasakan negara-negara lain, khususnya yang menjalin hubungan dagang dengan AS serta China.
Mengingat posisi keduanya sebagai negara dengan tingkat perekonomian terbesar di dunia, maka efeknya akan dirasakan negara-negara lain, khususnya yang menjalin hubungan dagang dengan AS serta China.
Perusahaan-perusahaan internasional dengan jaringan pemasaran global pun telah menyatakan kekhawatiran atas kondisi perang dagang AS-China dan AS dengan negara-negara lain. Rantai pasokan perusahaan-perusahaan sangat rawan terganggu dengan memburuknya konflik dagang akhir-akhir ini.
Tidak ditunda
Meski perwakilan pemerintah AS-China kembali bertemu pada pekan ini dengan agenda utama melanjutkan negosiasi, pemerintah AS tidak menunda penerapan tarif impor 25 persen atas barang-barang China senilai 16 miliar dollar AS mulai Kamis (23/8/2018). Pemerintah China membalasnya di tanggal yang sama.
Beijing mengkritik tarif tambahan terbaru yang diberlakukan oleh AS sebagai pelanggaran terhadap peraturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan mengatakan akan mengajukan tuntutan hukum. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lu Kang, menolak memberikan rincian tentang pembicaraan kedua pihak di Washington. ”Kami berharap AS akan bersama dengan kami untuk mengupayakan hasil yang baik dari pembicaraan dengan sikap yang masuk akal serta praktis,” tuturnya.
Sementara itu, Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross sesumbar bahwa China tidak akan dapat terus membalas dengan langkah yang sama seperti yang dilakukan AS. ”Tentu saja mereka akan membalas sedikit. Namun, pada akhirnya, kami memiliki lebih banyak peluru daripada mereka. Mereka tahu itu,” ungkapnya di CNBC. ”Kami memiliki ekonomi yang jauh lebih kuat daripada yang mereka miliki.” (AP/AFP)