TOKYO, SELASA Pemerintah Jepang tetap melihat Korea Utara sebagai ancaman bagi negaranya dan bagi Semenanjung Korea sekalipun Pyongyang telah menyatakan menghentikan uji coba rudal balistik. Penilaian itu melatarbelakangi pandangan Jepang bahwa mereka harus terus memperkuat sistem rudal.
Pandangan Pemerintah Jepang ini termuat dalam dokumen bidang pertahanan yang dirilis kementerian pertahanan di Tokyo, Selasa (28/8/2018). ”Kegiatan militer Korea Utara merupakan ancaman paling serius dan mendesak yang dihadapi oleh negara kita”, demikian antara lain disampaikan Pemerintah Jepang secara tertulis.
Dokumen itu menguraikan masalah keamanan terkait dengan Korut yang memiliki senjata nuklir serta kekuatan militer dan ambisi teritorial China yang semakin besar. Selain itu, disinggung pula keinginan Rusia untuk membangun kembali kekuatan. Hal itu menggambarkan pandangan Jepang bahwa negara itu dikelilingi oleh musuh potensial di Asia Timur.
Kegiatan militer Korea Utara merupakan ancaman paling serius dan mendesak yang dihadapi oleh negara kita.
Penilaian keamanan terbaru atas Semenanjung Korea juga terjadi setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump tiba-tiba membatalkan rencana perjalanan keempat Menteri Luar Negeri Mike Pompeo ke Pyongyang pekan ini. Hal itu merupakan bagian dari upaya baru Washington untuk mendorong sekaligus memastikan Korut meninggalkan senjata nuklir serta rudal balistik menyusul pertemuan puncak antara Trump dan Pemimpin Korut Kim Jong Un di Singapura pada Juni lalu.
Kala itu, Trump memuji pertemuannya dengan Kim Jong Un sebagai suatu keberhasilan dan mereka mencapai kesepakatan agar Washington menghentikan latihan militer bersama Korea Selatan. Pemimpin Korut juga menegaskan kembali janji sebelumnya untuk bekerja menghapus senjata nuklir dari wilayah Semenanjung Korea. Namun, negosiasi sejak itu terhenti dengan Washington menuntut langkah nyata, sementara Pyongyang meminta konsesi dari AS terlebih dahulu.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan, sejak pertemuan di Singapura itu, negaranya tidak mengubah pendirian militernya terhadap Pyongyang. Jepang bersikukuh memastikan dan melihat langkah-langkah yang konkret, tidak dapat diubah, sekaligus dapat diverifikasi untuk melucuti senjata.
”Kami harus terus mengawasi Korut untuk melihat tindakan nyata apa yang diperlukan guna menanggalkan senjata nuklir dan rudal balistiknya”, lanjut dokumen pertahanan Jepang. Disebutkan, Pyongyang telah melakukan tiga uji coba nuklir dan menembakkan 40 rudal balistik sejak awal 2016, beberapa di antaranya melewati wilayah Jepang.
Jepang bulan lalu mengatakan, mereka berencana membeli dua stasiun pelacakan radar pertahanan udara Aegis Ashore dari AS untuk meningkatkan pertahanan terhadap rudal Korut. Peralatan itu dinilai juga menjadi bagian antisipasi terhadap potensi ancaman dari China. ”Ketika kekuatan China tumbuh, kekuatan militernya juga cepat berkembang”, demikian ungkap dokumen pertahanan Jepang lebih lanjut.
Menanggapi hal itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, mengatakan, isi dokumen itu, khususnya yang menyangkut China, tidak dapat dipertanggungjawabkan. Diharapkan Jepang tidak mencari alasan untuk memperluas militernya sendiri dan harus berbuat lebih banyak untuk meningkatkan rasa saling percaya di antara kedua negara.