Tari Piring asal Minang Hibur Warga Mesir di Kota Minya
Oleh
Musthafa Abd Rahman
·2 menit baca
KAIRO, KOMPAS — Tari piring asal Minang, Rabu (29/8/2018) malam, menghibur masyarakat Mesir pada acara Malam Budaya Indonesia-Mesir di kota Minya. Kota ini adalah ibu kota Provinsi Minya, sekitar 280 kilometer arah selatan Kairo, Mesir.
Minya tergolong salah satu kota yang istimewa di Upper-Egypt. Selain sebagai pusat penghubung antara kawasan utara dan selatan Mesir, peradaban di kota ini telah terbangun sejak zaman Bezantium, Romawi, Koptik, hingga Islam. Bahkan, konon Raja Khufu, salah satu raja Fir’aun dari dinasti ke-18 yang makamnya diabadikan dalam Piramida Giza, dilahirkan di kota Minya.
Selain tari piring, acara Malam Budaya Indonesia-Mesir juga menampilkan tari bedana asal Lampung, tari batin kemuning asal Riau, dan beberapa tari tradisional serta seni bela diri pencak silat. Turut memeriahkan pula musik tradisional Mesir, lagu-lagu religi serta lagu-lagu cinta Tanah Air oleh artis terkenal Mesir, Mohamed Salah, asal Minya.
Pameran dan pertunjukan seni budaya di kota yang dikenal sebagai arus ”el-Saeid” (dewinya Upper-Egypt) ini mendapat respons sangat meriah dari pengunjung yang umumnya adalah pemuda-pemudi dan kelompok terpelajar di Minya. Lebih dari 500 pengunjung memadati ruang teater terbuka.
Gubernur Minya Essam Elbediwy mengapresiasi upaya-upaya KBRI Kairo melakukan pendekatan melalui pertunjukan budaya dan pameran perdagangan. Langkah-langkah positif itu menggerakkan seluruh kekuatan di Minya untuk menyambut baik pelaksanaan hari Indonesia-Mesir di kota Minya pada Rabu malam.
Direktur Lembaga Bantuan Perpustakaan pada Perpustakaan Nasional Mesir, Reda Eltayfi, mengatakan, hubungan Indonesia dan Mesir telah berlangsung lebih dari dua abad yang lalu. Diplomat yang pernah tinggal di Indonesia selama empat tahun ini menambahkan bahwa Mesir adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan RI, sementara Indonesia adalah negara pertama di Asia Tenggara yang dikunjungi oleh Presiden Gamal Abdel Nasser setelah Revolusi 23 Juli 1952, yaitu pada kesempatan KTT Non-Blok pertama di Bandung.
Yubil Septian, Konselor Ekonomi KBRI Kairo, dalam sambutannya mewakili Dubes RI untuk Mesir Helmy Fauzy antara lain mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki beragam suku, budaya, dan agama. Indonesia dan Mesir memiliki banyak kesamaan. Atas dasar itu, hubungan kedua negara telah terbangun sejak beberapa ratus tahun yang lalu.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kairo Usman Syihab menegaskan bahwa diselenggarakannya hari Indonesia-Mesir semacam selain sebagai media promosi seni budaya Indonesia juga merupakan sarana diplomasi publik yang sangat efektif untuk mempererat hubungan masyarakat kedua negara.
Acara malam budaya Indonesia-Mesir dihadiri juga oleh Rektor Universitas Minya Galal Hasan serta Sekretaris Daerah Provinsi Minya, Pemimpin Al-Azhar Wilayah Provinsi Minya, Direktur Perpustakaan Provinsi Minya, dan Penasihat Keamanan Provinsi Minya.