ASEAN Harus Bertindak soal Myanmar
JAKARTA, KOMPAS -- Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) harus proaktif menyikapi perkembangan di Myanmar. Sikap itu menjadi salah satu ujian relevansi ASEAN di masa mendatang.
Mantan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan, ia sangat khawatir dengan pernyataan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) soal perkembangan Myanmar. Dalam pernyataan itu, ASEAN tidak disinggung.
"Kita tidak seharusnya dipinggirkan," ujar Marty dalam acara peluncuran bukunya, Does ASEAN Matter? A View from Within, Kamis (30/8/2018), di kantor Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Jakarta.
Buku itu ditulis Marty untuk merefleksikan pandangannya terhadap masa lalu dan masa depan ASEAN. Penasihat Senior CSIS Jusuf Wanandi menjadi pembahas buku itu.
Marty merujuk kepada perkembangan terbaru di Myanmar. Laporan terbaru PBB soal Myanmar menyebut adanya dugaan pemusnahan etnis Rohingya oleh aparat negara itu. Sejumlah komandan militer Myanmar disebut bertanggung jawab atas genosida yang terjadi pada tahun 2017 itu. Tuduhan dalam laporan PBB tersebut ditolak pemerintah Myanmar.
Marty menyatakan, ia tidak yakin PBB akan menempatkan ASEAN dalam penyelesaian masalah Myanmar. Karena itu, ASEAN harus proaktif menyelesaikan masalah Myanmar.
Marty menyarankan agar ASEAN menemukan mekanisme yang disebut solusi ASEAN. Solusi itu berlaku untuk berbagai masalah yang dihadapi anggota-anggotanya.
"Semua negara anggota ASEAN akan punya masalah dalam negeri. Indonesia punya banyak masalah. Karena itu, penting untuk menemukan solusi ASEAN. Solusi yang dibuat tidak hanya untuk Myanmar atau Indonesia, akan tetapi untuk semua," tutur Marty.
Ia yakin, ASEAN bisa menemukan solusi untuk masalah Myanmar. Selama lima dekade, ASEAN teruji bisa menyelesaikan banyak masalah di antara anggotanya. Salah satunya, masalah konflik antara Thailand dan Kamboja pada 2011.
Kala itu, kedua negara memberi ruang bagi ASEAN untuk bertindak. Konflik dua negara itu bisa diselesaikan tanpa melibatkan pihak luar kawasan.
Untuk masalah Myanmar, belum terlambat bagi ASEAN untuk bertindak.
Untuk masalah Myanmar, belum terlambat bagi ASEAN untuk bertindak. ASEAN didorong bisa menyelesaikan masalah itu di tingkat kawasan saja. Jika tidak, pihak dari luar kawasan akan melibatkan diri.
Pilihan ASEAN untuk bertindak pada masalah Myanmar atau masalah lain di kawasan memang akan membuat tidak nyaman. Akan tetapi, situasinya akan lebih buruk jika ASEAN tidak bertindak.
Tetap relevan
Marty mengatakan, ASEAN teruji relevan di masa lalu. Tanpa ASEAN, Asia Tenggara tidak bisa seperti sekarang dan bisa menjadi kawasan tempat konflik berkepanjangan di antara negara-negara Asia Tenggara.
Sebelum ada ASEAN, ada masalah ketidakpercayaan di antara negara-negara itu. Melalui ASEAN, terbangun saling percaya yang menjadi modal mencapai konsensus untuk penyelesaian banyak masalah.
Model ASEAN bisa merekatkan Asia Tenggara. Pengalaman di Eropa dan Asia Tenggara menunjukkan hasil berbeda. Di Eropa, perluasan keanggotaan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pasca-perang dingin telah memicu ketegangan baru. Sementara di Asia Tenggara, perluasan keanggota ASEAN dari awalnya lima negara menjadi 10 negara terbukti membawa kawasan lebih baik dan damai. Kedamaian itu membawa keuntungan bagi kawasan dan dunia.
Perdamaian di kawasan Asia Tenggara memungkinkan negara-negara anggota ASEAN bisa membangun. Meski saat ini diakui perekonomian sebagian anggota ASEAN masih pada tahap berkembang, kondisi perekonomian Asia Tenggara diyakini lebih buruk jika tidak ada ASEAN.
Sementara Jusuf Wanandi mengatakan, ASEAN bisa tetap relevan jika membuat mekanisme baru untuk pengambilan keputusan. Mekanisme sekarang dikhawatirkan tidak bisa menghadapi masalah-masalah muktakhir.
Sekarang, secara rutin para pemimpin ASEAN bertemu satu atau dua kali dalam setahun. Padahal, ada banyak masalah di antara pertemuan pemimpin ASEAN tersebut. Jusuf menyarankan agar Sekretariat ASEAN lebih dinamis menghadapi aneka masalah mutakhir tanpa harus menjadi lembaga supranasional.
Marty sepakat dengan hal itu. Ia mendorong para duta besar ASEAN lebih kerap bertemu dan membahas aneka masalah mutakhir. Mereka diminta tidak hanya mengawasi Sekretariat ASEAN.
Forum-forum pertemuan itu akan membuat ASEAN lebih mudah mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah yang terjadi di antara pertemuan tingkat tinggi.