Tujuh hari mendatang, salah satu tokoh penting dunia bisnis internet berulang tahun. Dia adalah Jack Ma, yang tak hanya menghadiri penutupan Asian Games di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, tadi malam, tetapi juga bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Bogor, Sabtu lalu.
Lahir pada 10 September 1964, Jack Ma menghadiri upacara penutupan karena perusahaan raksasa e-commerce Alibaba yang didirikan dan dipimpinnya berada di Hangzhou, China, tuan rumah Asian Games 2022. Di kota ini, Jack Ma dilahirkan.
Bersama Jokowi, Jack Ma, pria yang dua kali gagal dalam tes nasional masuk perguruan tinggi di China, memberi masukan mengenai pengembangan e-commerce. Alibaba yang didirikan Jack Ma, istri, dan beberapa temannya pada 1999 kini menjadi perusahaan raksasa dunia. Pada 2014, saat melakukan penawaran saham perdana (IPO) di Bursa Saham New York, Alibaba berhasil meraup 25 miliar dollar AS (Rp 368,3 triliun). Hal ini menjadikannya sebagai IPO yang terbesar di dunia.
Seandainya pemimpin China, Deng Xiaoping, tidak menjalankan kebijakan reformasi ekonomi pada akhir 1970-an, rasanya sosok seperti Jack Ma tidak akan dimiliki negara tersebut. Sejumlah laporan menyebutkan, Jack Ma sejak remaja gigih belajar bahasa Inggris. Kegigihannya terlihat saat dia aktif mengasah kelancaran berbahasa Inggris dengan menemani turis Barat yang datang ke Hangzhou. Jumlah kunjungan turis meningkat akibat kebijakan Deng untuk melakukan reformasi ekonomi sehingga China menjadi lebih terbuka.
Jack Ma mengenyam pendidikan tinggi di sekolah guru dan lulus tahun 1988. Dia mengirim surat lamaran pekerjaan di 30 perusahaan. Hasilnya, semua perusahaan itu menolak dirinya.
Dalam buku Alibaba: The Inside Story behind Jack Ma and the Creation of the World Biggest Online Marketplace, disebutkan bahwa sebelum tahun 1995, Jack Ma mempunyai cita-cita menjadi profesor di bidang bahasa Inggris. Namun, setelah 1995, saat dia melihat dunia, pergi ke Amerika Serikat, dan ”bertemu langsung” dengan internet, segalanya berubah. Empat tahun kemudian, dia mendirikan situs Alibaba, tempat perusahaan bisa menjual produk secara daring.
Menjadi kaya raya dan sukses tidak mengakhiri kreativitas serta visi Jack Ma. Dikutip bloomberg.com tanggal 25 April 2018, di hadapan pengusaha dan mahasiswa Universitas Waseda, Tokyo, Jack Ma menyampaikan visinya bahwa untuk ”mengalahkan” dominasi AS di bidang teknologi, negara-negara lain harus menguasai teknologi semikonduktor atau cip. ”Seratus persen pasar cip dikendalikan oleh Amerika,” katanya.
Cip memang menentukan kemajuan karena merupakan jantung komputer. Di era kecerdasan buatan (artificial intelligence/ AI) sekarang, cip menjadi kian penting. Berbagai ponsel cerdas (memiliki kemampuan mendeteksi wajah, sidik jari, dan sebagainya) memanfaatkan cip yang didesain untuk menjalankan tugas AI.
China kini berusaha membangun kemampuan di bidang pembuatan semikonduktor. Dalam konteks inilah, perang dagang AS-China sebenarnya berlangsung. Upaya terencana China untuk membangun teknologi pembuatan semikonduktor berteknologi AI mengundang respons keras dari AS.
Jack Ma tak cuma pandai bicara tentang pentingnya cip dalam pertarungan di dunia. Ia juga telah menggelontorkan dana investasi di lima perusahaan semikonduktor dalam empat tahun terakhir. Cita-citanya adalah menghasilkan cip yang murah dan bisa diakses oleh semua kalangan.
Jack Ma merupakan inovator dan pemimpin sejati. Saat orang masih terkejut dengan kemunculan internet pada akhir 1990-an, ia mendirikan Alibaba. Kini saat orang masih terkagum-kagum dengan AI yang membutuhkan cip canggih, ia telah melangkah untuk membantu sebanyak mungkin perusahaan mampu memproduksi semikonduktor yang sesuai perkembangan zaman.