TOKYO, SELASA - Topan Jebi berkekuatan hingga 216 kilometer per jam, Selasa (4/9/2018), menerjang Jepang. Lebih dari 1 juta warga di bagian barat dan tengah Jepang diminta mengungsi.
Topan terkuat selama 25 tahun ini mampu mengempas tanker berbobot 2.591 ton hingga terlempar dari pelabuhan dan tersangkut di jembatan tak jauh dari Teluk Osaka. Bandara internasional Kansai, Osaka, pun ditutup karena sebagian landasan pacu dipenuhi air. Lebih dari 700 penerbangan di Jepang dibatalkan.
Media lokal memberitakan, dua orang tewas, seorang di antaranya pria berusia 71 tahun. Ia tewas tertimpa reruntuhan gudang yang roboh. Kemudian, ditemukan 97 korban luka.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mendesak warga secepatnya mengungsi dan memerintahkan pejabat pemerintah agar mengambil tindakan yang diperlukan untuk menyelamatkan penduduk. Abe terpaksa membatalkan rencana ke Kyushu guna memantau aksi tanggap atas topan Jebi, kata Menteri Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga. Kabinet menggelar rapat khusus.
Jebi, yang dalam bahasa Korea berarti ’menelan’, merupakan supertopan yang ganas yang juga mengakibatkan banjir dan longsor. Di sejumlah area, topan ini mengakibatkan gelombang tinggi, bahkan tercatat yang tertinggi sejak tahun 1961.
Tayangan televisi NHK memperlihatkan ombak menerjang garis pantai, pelat-pelat baja berserakan di tempat parkir, dan sebuah truk terbalik. Gambar video lain yang diunggah di Twitter memperlihatkan atap di stasiun Kyoto jatuh ke tanah.
Badan Manajemen Bencana mengatakan, kekuatan angin mencapai 208 kilometer per jam, tercatat di salah satu bagian Shikoku. Kekuatan diperkirakan bisa meningkat menjadi 216 kilometer per jam. Pemerintah meminta masyarakat tidak melakukan perjalanan.
Tanpa listrik
Topan Jedi melumpuhkan banyak kegiatan di pabrik-pabrik. Toyota, misalnya, membatalkan giliran kerja malam di 14 pabriknya. Lebih dari 175.000 bangunan di Jepang tengah dan barat tidak mendapat aliran listrik. Banyak tempat bisnis ditutup. Universal Studios di Osaka hari Selasa juga ditutup.
Jepang pada musim panas dan musim gugur kerap dilanda topan besar. Lintasan yang dilalui topan Jebi hampir sama dengan yang dilalui topan Cimaron yang juga mengakibatkan longsor pada 23 Agustus. Namun, dampak kerusakan ketika itu terbatas. Demikian juga hanya sedikit korban luka.
Sebelumnya, pada Juli, Jepang dilanda gelombang panas ditambah hujan dan banjir di bagian barat. Bencana tersebut mengakibatkan lebih dari 200 orang tewas.
Banyaknya korban meninggal ketika itu karena banyak orang tidak mengindahkan peringatan evakuasi yang memang tidak diwajibkan. Sejak bencana itu, pihak berwenang mendesak agar warga memperhatikan
peringatan lebih serius dan siap meninggalkan rumah saat
peringatan dikeluarkan.
Badan cuaca memperingatkan kemungkinan longsor, banjir, angin kencang, dan ombak tinggi.