Menyinggahi Kuil Wuhou, Destinasi Wisata Sejarah Era Samkok
Sebagai negeri dengan peradaban ribuan tahun seperti Nusantara, Tiongkok juga memiliki berbagai situs sejarah. Salah satu situs tersebut adalah, Kuil Wuhou atau Kuil Bangsawan Kerajaan Wu di Kota Chengdu, Provinsi Sichuan yang dibangun untuk menghormati Zhuge Liang.
Siapa Zhuge Liang? Beliau adalah salah satu jenderal tersohor dari periode Sam Kok atau Tiga Kerajaan yakni Shu, Wei, dan Wu (220-280 Masehi) yang menjadi panglima di Kerajaan Shu.
Kuil Wuhou (Mandarin: Wu Hou Ci) tersebut terletak di Distrik Wuhou, satu dari sembilan distrik di Kota Chengdu, Ibukota Provinsi Sichuan.
Kuil Wuhou dibangun pada komplek seluas 3,7 hektar di tengah Kota Chengdu. Catatan sejarah menyebutkan kuil itu dibangun sejak zaman Dinasti Ming (1368 – 1644), dan dibangun di sebelah kuil yang didirikan untuk mengormati Liu Bei, Kaisar Shu.
Zhuge Liang Kongming, atau yang di Indonesia terkadang dikenal sebagai Kong Beng adalah panglima yang mengabdi kepada Liu Bei, Kaisar Kerajaan Shu.
Nama Zhuge Liang di Indonesia terkenal dalam komik strip Sam Kok karya Otto Suastika atau Siauw Tik Kwie (1913 – 1988).
Komik yang beredar di tahun 1950-an dan dicetak ulang tahun 1980-an itu sarat bercerita tentang siasat, kepahlawanan, dan kesetiaan para panglima termasuk Zhuge Liang.
Saat Kompas singgah di Kuil Wuhou, Selasa (7/8/2018), ratusan orang berkunjung ke kuil yang terletak di Jalan Jinli itu.
Jalan Jinli adalah sebuah lorong diapit ratusan bangunan kuno yang dijadikan tempat berjualan berbagai makanan, pernak-pernik, hingga kedai Starbucks dan berbagai kafe modern. Sebagian besar bangunan adalah bangunan cagar sejarah.
Andy Hong, seorang pengusaha asal Jakarta yang memandu Kompas mengatakan, di dalam kuil tersebut terdapat patung-patung para jenderal dan pejabat yang dianggap berjasa pada zaman Sam Kok – San Guo atau Warring States yakni ketika tiga kerajaan Shu, Wei, dan Wu.
Setelah masa itu, muncul era Dinasti Jin (265 – 420 Masehi). “Yang juga sering datang ke sini, bukan hanya orang China tetapi juga orang Jepang dan Korea,” kata Andy Hong. Itu karena orang Jepang dan Korea juga mengenal kisah Sam Kok.
Tarif tiket masuk ke Kuil Wuhou sebesar 60 RMB atau Rp 135.000 per orang. Setelah melewati pintu gerbang kuil, di sisi kanan terdapat puisi klasik Tiongkok di atas batu yang terpasang di dinding. Selanjutnya terdapat deretan etalase berisi altar dengan patung besar para jenderal era Sam Kok.
Pada altar pertama, terdapat patung Jenderal Cheng Ji alias Jiran yang dicatat wafat tahun 222 Masehi dalam pertempuran bersama Kaisar Liu Bei dan bersebelahan dengan Jenderal Ma Liang alias Jichang (187 – 222 Masehi).
Patung mereka berdua dibuat pada tahun 1849 Masehi di era Kaisar Dao Guang di zaman Dinasti Qing. Papan keterangan tertulis dalam bahasa Mandarin, Jepang, dan Korea serta Inggris di dalam kuil tersebut.
Di sebelahnya terdapat patung Yang Hong (wafat 228 Masehi) yang juga menjadi penasehat Zhuge Liang saat melayani Kaisar Liu Bei. Berpasangan dengan Yang Hong terdapat patung Qin Mi (wafat 226 Masehi), salah seorang cendekiawan terkemuka masa itu. Patung mereka berdua dibuat tahun 1849 atas perintah Kaisar Dao Guang di jaman Dinasti Qing.
Di sebelahnya terdapat patung Dong Yun (wafat 246 Masehi) salah seorang penasehat Kaisar di Kerajaan Shu yang dikenal karena sifatnya yang jujur dan menjadi satu dari empat orang kepercayaan Kaisar Liu Bei, bersama dengan Zhuge Liang. Patung Dong Yun dibuat tahun 1672 Masehi yakni tahun ke-11 era Kaisar Kang Xi, salah satu kaisar terbesar Dinasti Qing.
Selanjutnya terdapat patung Jiang Wan alias Gongyang (wafat 246 Masehi) salah satu orang kepercayaan Kaisar Liu Bei yang menjaga ibu kota Kerajaan Shu ketika operasi militer ke wilayah utara berlangsung.
Dia meneruskan kepemimpinan militer setelah Zhuge Liang wafat. Patung Jiang Wan didirikan tahun 1672 Masehi pada jaman Kaisar Kang Xi dari Dinasti Qing.
Deretan patung jenderal Chen Zen, Deng Zhi, Dong He, Wei-Wei Fu Rong, Lu Kai, Jian Tong hingga jenderal Pang Tong, terpasang di sisi kanan hingga bangunan utama.
Di altar utama aula kuil terdapat patung Zhuge Liang, lalu di sebelahnya terdapat patung cucunya, Zhuge Shang (wafat 263 Masehi), dan sang Kaisar yakni Liu Bei alias Zhao Lie (161 – 223 Masehi).
Di belakang kuil tersebut, terdapat kuil San Yi yang dipersembahkan kepada tiga sahabat yakni Liu Bei, Guan Yu, dan Zhang Fei. Kuil tersebut didirikan dalam kurun 1662 – 1772 Masehi di zaman Dinasti Qing.
Berbagai taman bonsai, toko souvenir, kolam ikan, dan taman terdapat di dalam komplek kuil para jenderal zaman Sam Kok tersebut.
Puas berkeliling Kuil Wuhou, dari pintu keluar, pengunjung dapat langsung memasuki Jalan Jinli. Dapat langsung wisata kuliner.
Dapat langsung mampir di kedai makanan khas, toko cabai berikut alat tumbuk dan penggiling cabai (makanan di Provinsi Sichuan dikenal karena pedas), teh, kembang gula, hingga souvenir wayang kulit mirip dengan wayang purwa di Jawa.
Upaya pelestarian sejarah dengan menghormati para pahlawan ternyata dapat mengembangkan pariwisata yang dampak ekonominya langsung dirasakan rakyat kecil.
Kita dapat saja belajar dari Kuil Wuhou di Kota Chengdu. Di Indonesia pun kita memiliki banyak situs kepahlawanan dan petilasan para leluhur – seperti wisata Wali Songo hingga Sendang Sono – yang dapat dikembangkan sebagai pusat wisata sejarah dan menyejahterakan masyarakat.
(Iwan Santosa dari Chengdu, Provinsi Sichuan, China)