WASHINGTON, RABU -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump pernah menginstruksikan agar Presiden Suriah Bashar al-Assad dibunuh setelah Suriah melakukan serangan kimiawi kepada warga sipil pada April 2017.
Hal itu terungkap dalam buku terbaru yang akan segera dirilis, Fear: Trump in the White House karya Bob Woodward, mantan jurnalis The Washington Post yang pernah membongkar skandal Watergate dan berujung pada terjungkalnya Presiden Richard Nixon. Buku yang akan dirilis pada 11 September itu menceritakan secara rinci ketegangan yang terjadi di Gedung Putih selama 20 bulan pemerintahan Trump.
Buku ini menggambarkan Trump sebagai pribadi yang meledak-ledak, membuat keputusan impulsif, dan membuat suasana di Gedung Putih seperti sedang mengalami ”guncangan mental”.
Menurut buku itu, Trump menginstruksikan kepada Menteri Pertahanan Jim Mattis agar Assad dibunuh. ”Bunuh dia! Segera lakukan!” kata Trump. Mattis menjawab bahwa dia ”akan segera melakukannya”. Namun, Mattis kemudian mengembangkan rencana serangan udara terbatas yang tidak mengancam keselamatan pribadi Assad. Mattis kemudian mengatakan kepada rekan-rekannya dalam sebuah peristiwa terpisah bahwa tingkah laku Trump seperti ”anak kelas V atau kelas VI SD”.
Menanggapi buku itu, Mattis membantah pernah mengatakan kata-kata seperti yang tertulis di dalam buku. Menurut Mattis, semua kata yang menyerang Trump tidak pernah diucapkan ataupun terucap di saat dirinya hadir. Mattis menyebut buku itu sebagai ”kesusastraan Washington yang unik”.
Dalam buku itu juga disebutkan, Kepala Staf Gedung Putih John Kelly menyebut Trump ”idiot”. Namun, juru bicara Pentagon menyebutkan, Woodward tidak pernah mewawancarai Kelly. Juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders, menyatakan bahwa buku itu hanyalah kumpulan cerita bohong para karyawan yang tak puas untuk membuat Presiden Trump terlihat buruk.
Trump langsung menyerang buku itu melalui cuitan di Twitter sebagai ”penipuan terhadap publik”, sambil menambahkan bahwa Mattis ataupun Kelly sudah membantah buku itu.
Woodward juga mengungkapkan bahwa mantan Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gary Cohn berupaya menghentikan reaksi impulsif Trump dengan ”menyembunyikan dokumen- dokumen” dari meja Trump agar Trump tidak menandatangani undang-undang yang akan menarik AS dari perjanjian NAFTA ataupun dengan Korea Selatan.
”Saya hanya mengambil dokumen-dokumen itu dari mejanya,” kata Cohn kepada rekan kerjanya, menurut buku itu.
Sampai saat ini, AS tetap berada dalam dua perjanjian itu. Trump mengomentari kutipan Cohn sebagai ”kisah bohong”.