CARACAS, SABTU - Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyatakan, dirinya mendapatkan komitmen baru dari Pemerintah China bahwa Beijing akan ikut mendanai industri minyak di negaranya. Kesepakatan itu tercapai dalam kunjungan Maduro ke Beijing selama tiga hari pekan lalu dan berakhir Sabtu (15/9/2018).
Produksi minyak adalah generator utama pendapatan Venezuela. Namun, akibat ketergantungan negeri itu pada minyak, pemerintah mengalami kesulitan ketika harga minyak jatuh ke level terendah dalam beberapa waktu terakhir.
Seperti Venezuela, perekonomian negara-negara di Amerika Selatan pun terimbas kondisi itu.
Khusus bagi Venezuela, para analis menyalahkan pengabaian yang terjadi selama bertahun-tahun terhadap isi dan manajemen perusahaan minyak negara PDVSA. Akibatnya, produksi turun dan eksplorasi pun tidak optimal. Padahal, di sisi lain, pendapatan minyak digunakan untuk mengisi defisit fiskal.
Menurut data Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), produksi minyak mentah Venezuela sebagai penyumbang 96 persen pendapatan negeri itu turun pada Agustus menjadi 1,4 juta barrel per hari. Angka itu adalah tingkat terendah dalam tiga dekade kecuali untuk periode antara tahun 2002 dan 2003.
”Saat ini bagaimana kita mendapatkan komitmen pembiayaan untuk meningkatkan produksi minyak, produksi emas, dan investasi di lebih dari 500 proyek pembangunan di Venezuela,” kata Maduro kepada televisi Pemerintah Venezuela, VTV, dari Beijing, akhir pekan lalu.
Maduro mengakui, kunjungan ke Beijing dibutuhkan Venezuela. Mencari bantuan dari Beijing untuk mengangkat kembali perekonomian negaranya menjadi bagian dari agenda utama kunjungan itu. Maduro diterima Presiden China Xi Jinping serta menghadiri pertemuan di Bank Pembangunan China dan Korporasi Perminyakan Nasional China.
Utang baru
Venezuela yang telah menerima lebih dari 50 miliar dollar AS dalam bentuk pinjaman dari Beijing diketahui masih berutang sekitar 20 miliar dollar AS dan telah membayar utang dengan pengiriman minyak. Kondisi atas kredit itu dibuat lebih fleksibel pada 2016.
Terkait hal itu, Maduro tidak mengatakan jika utang itu ikut dibicarakan pada kunjungannya kali ini ataupun mengonfirmasi apakah China telah menawarkan pinjaman baru sebesar 5 miliar dollar AS. Namun, konsultan ekonomi Venezuela, Ecoanalitica, mengatakan, Maduro dapat kembali ke Caracas dengan pinjaman segar senilai 5 miliar dollar AS sekaligus perpanjangan pembayaran utang selama enam bulan. Venezuela dan PDVSA dideklarasikan secara parsial mengalami kondisi gagal bayar atas utang obligasi pada 2017.