DHAKA, SELASA - Pemerintah Bangladesh segera memindahkan 100.000 pengungsi Rohingya ke sebuah pulau terpencil. Aktivis kemanusiaan meminta peninjauan rencana ini karena tempat yang akan dipakai rawan dihantam bencana alam.
Kepala Departemen Penanganan Bencana Habibul Kabir Chowdhury, Selasa (18/9/2018), mengatakan, Perdana Menteri Sheikh Hasina dijadwalkan akan meresmikan pembukaan tempat penampungan baru pada 3 Oktober mendatang. ”Pada tahap awal, 50 sampai 60 keluarga Rohingya akan dipindahkan dimulai bulan depan,” kata Chowdhury.
Tempat penampungan itu berada di Bhashan Char, pulau berlumpur yang muncul di Teluk Bengali pada tahun 2006. Aktivis kemanusiaan menentang rencana pemindahan pengungsi dari distrik Cox’s Bazar mengingat tempat berawa tersebut rawan terhadap cuaca buruk. Dikhawatirkan pada musim hujan, pulau yang semula tidak dihuni ini akan terendam banjir.
Area dekat Bhashan Char dalam 50 tahun ini sudah merenggut ratusan ribu nyawa akibat bencana alam. Pulau kecil itu bisa ditempuh hanya satu jam dari daratan terdekat di pesisir Bangladesh, tetapi untuk mencapainya tidaklah mudah karena harus melewati laut berbahaya. Bahkan, kalau datang badai, mustahil untuk bisa menyeberang.
Pejabat Angkatan Laut Bangladesh mengatakan, proyek pembangunan pusat penampungan bagi 100.000 pengungsi sudah mencapai dua pertiga. Sekretaris Kementerian Bencana Shah Kamal mengatakan, para pengungsi bisa mendapatkan akses kemanusiaan dan menerima pelatihan keterampilan, seperti menjadi nelayan.
Pemerintah telah mengucurkan dana 280 juta dollar AS untuk membangun pulau tak berpenghuni tersebut menjadi tempat yang layak huni. Menurut seorang petinggi angkatan laut, di sekeliling pulau telah dibangun tanggul setinggi 3 meter untuk mencegah banjir.
Tak dipaksa
Sekitar 700.000 orang dari etnik Rohingya sejak Agustus tahun lalu mengungsi ke Bangladesh akibat kekejaman militer yang mereka alami di Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah melakukan pendekatan dengan Pemerintah Myanmar, bahkan sudah tercapai kesepakatan untuk memulangkan pengungsi ke tempat asal mereka. Namun, sampai sekarang, kesepakatan itu belum bisa diimplementasikan. Para pengungsi yang sebagian besar mengalami trauma berat masih merasa takut untuk kembali.
Pemerintah Bangladesh menyatakan tidak akan memaksa pengungsi pindah dari kamp di Cox’s Bazar. Namun, pemindahan ke tempat lain merupakan alternatif untuk mengurangi kepadatan. Terlebih lagi tempat pengungsian rawan longsor, rawan penyakit, dan bahaya lain.
”Kalau kita bisa meyakinkan bantuan kemanusiaan penuh bagi mereka, saya tak melihat ada alasan mengapa mereka tidak mau ke pulau. Kami akan meyakinkan mereka,” kata Chowdhury tentang upaya memindahkan pengungsi. (AFP/RET)