PHNOM PENH, RABU - Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, Rabu (19/9/2018), menepis spekulasi atau dugaan bahwa ia menyerah pada tekanan internasional terkait pembebasan pemimpin oposisi Kem Sokha (65) dari penjara.
Hun Sen mengklaim keputusan tersebut dibuat dengan mempertimbangkan faktor kesehatan dan keselamatan tokoh oposisi yang sedang sakit itu.
Kem Sokha, salah seorang pendiri partai oposisi, Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP), yang dibubarkan, telah ditangkap dan dipenjara dengan tuduhan melakukan pengkhianatan pada bulan September 2017, dua bulan sebelum Mahkamah Agung membubarkan partainya.
Penangkapan Kem Sokha terjadi dalam operasi besar-besaran yang dipimpin oleh Hun Sen. Upaya itu membuka jalan bagi kemenangan Hun Sen yang diraihnya dengan mudah dalam pemilihan umum bulan Juli 2018. Pemilu itu pun dikritik banyak pihak sebagai pemilu palsu. Setelah pemilu, Hun Sen membebaskan sejumlah aktivis dan anggota oposisi untuk mengurangi perbedaan pendapat.
Alasan
Pembebasan Kem Sokha diduga dipicu kekhawatiran Hun Sen atas keberlangsungan industri pakaian di Kamboja. Industri itu berpotensi kehilangan akses bebas bea ke pasar Eropa jika Kem Sokha tetap dipenjara.
Anggota parlemen Eropa telah melayangkan kemungkinan peninjauan kembali skema perdagangan mereka dengan Kamboja. Namun, Hun Sen yang telah berkuasa selama lebih dari 33 tahun mengklaim dia tidak tunduk pada ”tekanan internasional”.
”Itu hanya perubahan lokasi penahanan. Jika dia meninggal di dalam penjara, akan menimbulkan masalah bagi pemerintah,” kata Hun Sen. Dia menambahkan, keputusan itu didorong oleh alasan kemanusiaan.
Kem Sokha menghabiskan lebih dari satu tahun di penjara terpencil sebelum dibebaskan. Selama penahanannya, permintaan pembebasan dengan jaminan berulang kali ditolak.
Setelah dibebaskan, Kem Sokha tetap tinggal di dalam rumah dan tidak boleh meninggalkan lokasi itu dalam radius satu blok dari rumahnya. Dia pun dilarang bertemu dengan orang asing atau berurusan dengan politik.
Pengacara Meng Sopheary mengatakan, Kem Sokha harus minum obat dan membutuhkan pemeriksaan menyeluruh. ”Dia akan senang jika dia memiliki kebebasan penuh,” kata Sopheary. (AFP/LOK)