Sistem Anti-Serangan Udara S-300 Ubah Peta Konflik di Suriah
Oleh
Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir
·2 menit baca
Rusia membuat kejutan dengan mengumumkan akan menyerahkan sistem anti-serangan udara canggih S-300 kepada Suriah dua pekan mendatang. Pengumuman disampaikan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu Senin lalu.
Sehari sebelumnya, Moskwa menuduh Israel bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat pengintai militer Rusia, IL-20M, 17 September 2018, di lepas pantai Suriah. Pesawat jatuh akibat tembakan sistem anti-serangan udara S-200 milik Damaskus. Sebanyak 15 anggota militer Rusia yang berada di pesawat itu meninggal.
Juru bicara militer Rusia, Igor Konashenkov, mengatakan, para pilot pesawat tempur Israel yang melakukan serangan udara di Suriah memanfaatkan pesawat IL-20M sebagai tameng anti-serangan udara Damaskus.
Penyerahan S-300 kepada Suriah akan mengubah peta konflik. Kemampuan S-300 jauh di atas sistem anti-serangan udara S-200 yang dimiliki Damaskus sejak 1980-an.
Sistem S-300 berjangkau tembak lebih dari 250 kilometer dan dapat menembak beberapa sasaran dalam satu waktu. Sistem bisa menembak pesawat dan mencegah rudal sekaligus.
Kemampuan S-300 dikenal setara dengan sistem anti-serangan udara Patriot buatan AS. Belum ada negara di Timur Tengah yang memiliki S-300.
Adapun S-200 yang dimiliki Damaskus saat ini hanya berjangkauan tembak 150 km. Ada empat negara di Timur Tengah yang memiliki S-200, yakni Suriah, Iran, Libya, dan Aljazair.
Suriah sebenarnya menandatangani kontrak pembelian S-300 sejak 2010. Namun, Rusia membekukannya setelah diprotes keras oleh Israel.
Dengan memiliki S-300, Suriah tidak hanya semakin mampu mengamankan teritorial udara, tetapi juga mengamankan gerakan pasukan di darat. Iran dan Hezbollah akan mengambil banyak manfaat dari S-300 yang dimiliki Damaskus. Gerakan Iran dan Hezbollah di Suriah yang menjadi sasaran empuk pesawat tempur Israel selama ini akan mendapat perlindungan dari sistem canggih S-300.
Israel dan Turki mengalami kerugian setelah Damaskus memiliki S-300. Pesawat tempur Israel tak leluasa lagi masuk wilayah udara Suriah.
Turki yang memiliki pasukan darat di Suriah utara—Afrin dan Jarablus juga terancam. Pesawat tempur Turki tak akan leluasa melindungi pasukannya lantaran terancam S-300.
Gerakan Iran dan Hezbollah di Suriah yang menjadi sasaran empuk pesawat tempur Israel selama ini akan mendapat perlindungan dari sistem canggih S-300.
Maka, keberadaan S-300 akan mengubah jalannya perang. Suriah serta mitranya dari Iran dan Hezbollah yang berada di atas angin akan semakin banyak mengambil inisiatif dalam arah perang mendatang.
Iran dan Hezbollah yang terdesak gempuran pesawat tempur Israel selama ini akan segera kembali membangun kekuatan di Suriah. Menurut analis militer Israel, Ron Ben Yishai, S-300 akan melumpuhkan kemampuan pesawat tempur F-16 dan F-15 buatan AS yang biasa digunakan Israel dalam melakukan serangan udara atas berbagai sasaran Iran dan Hezbollah di Suriah. Namun, kata Ben Yishai, Israel masih memiliki pesawat tempur supercanggih F-35 buatan AS yang perlu diuji coba menghadapi S-300.