BIRMINGHAM, KAMIS Perdana Menteri Inggris Theresa May akan mempercepat ratifikasi proposal Brexit ke parlemen Inggris dalam dua pekan ini. Dengan demikian, Desember, parlemen telah sampai pada keputusan apakah akan menerima atau menolak kesepakatan perceraian Inggris-Uni Eropa.
Langkah ini diambil setelah May pada Rabu (3/10/2018) malam berpidato di Kongres Partai Konservatif dan mencoba mengingatkan anggota partainya bahwa Inggris akan menghadapi fase paling berat dalam negosiasi dengan UE. Untuk itu, ia meminta agar seluruh anggota partai yang terbelah bersatu mendukungnya.
”Brexit adalah momen peluang. Ada dunia yang luas di sana, mari perluas cakrawala kita. Ini fase yang berat. Akan tetapi, jika kita bersatu, kita yakin akan meraih kesepakatan yang baik,” kata May yang memasuki arena dengan sedikit berjoget diiringi lagu ”Dancing Queen” dari ABBA.
May berpidato sehari setelah mantan Menlu Boris Johnson memberikan pidatonya yang dihadiri sekitar 1.500 anggota delegasi. Pada intinya, Johnson menyerang proposal Brexit yang disusun May karena tak sesuai dengan semangat pemilih Brexit.
May menegaskan, kegagalan mencapai kesepakatan akan berdampak buruk bagi Inggris dan UE. Namun, ia tetap bertahan dengan sikapnya bahwa tanpa kesepakatan masih lebih baik dibandingkan dengan kesepakatan yang buruk. Ia menyerang pimpinan oposisi, Jeremy Corbyn, yang membuka opsi referendum kedua Brexit ataupun pemilu yang dipercepat.
Diundang UE
Para pemimpin Eropa mengundang May untuk jamuan makan malam pada 17 Oktober, menjelang KTT UE 18 Oktober. Dalam pertemuan itu, mereka akan mendengarkan presentasi May dan setelah itu akan berembuk untuk meresponsnya.
”Dalam pertemuan Oktober, kami berharap perkembangan maksimum dari negosiasi Brexit. Kemudian, kita akan memutuskan apakah perlu menyelenggarakan KTT luar biasa pada November,” kata Donald Tusk, Presiden Dewan Eropa.
Salah satu ganjalan negosiasi adalah masalah perbatasan Irlandia Utara. Inggris bersedia perbatasan itu dibuka seperti saat ini. Namun, imbalannya, Inggris memiliki akses ke pasar tunggal Eropa tanpa harus tunduk pada aturan yang mengikatnya, antara lain pergerakan bebas barang, orang, modal, dan layanan.
PM Irlandia Leo Varadkar kemarin tiba di Brussels untuk bertemu dengan Tusk dan juru runding Brexit, Michel Barnier. Hari ini Barnier bertemu dengan para politisi dari Irlandia Utara. ”Perundingan akan alot, tetapi kita tahu bahwa tanpa ada kesepakatan risikonya akan besar,” kata seorang diplomat senior UE.
Perancis juga telah melangkah lebih jauh dengan membuat RUU Brexit tanpa kesepakatan untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk. Intinya, Perancis akan memperlakukan hukum paralel dengan Inggris. ”Apa yang akan dilakukan Inggris terhadap warga UE akan kami terapkan juga terhadap warga Inggris yang menetap di sini,” kata Menteri Eropa Perancis Nathalie Loiseau.