Dalam hampir delapan tahun terakhir, Haiti dihantam empat bencana besar dan satu wabah. Negara di Laut Karibia itu tidak kunjung pulih sampai sekarang.
Bencana besar pertama adalah gempa bermagnitudo 7 pada Januari 2010. Lebih dari 300.000 orang tewas, infrastruktur dan fasilitas umum rusak, serta ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal akibat gempa itu.
Gempa menghancurkan sistem sanitasi dan dampaknya antara lain penyebaran kolera tidak terkendali. Lebih dari 700.000 warga Haiti dilaporkan terjangkit kolera. Jumlah penderita terus bertambah dari tahun ke tahun.
Di tengah pergulatan dengan gempa dan wabah, Haiti dihantam topan Sandy pada 2012. Upaya pemulihan dampak gempa seketika tersapu. Beban Haiti yang sudah terpuruk itu belum juga berhenti setelah Sandy pergi. Haiti yang berbagi pulau dengan negara Dominika itu dilanda kekeringan selama tiga tahun. Akibatnya, Haiti terbenam dalam kelaparan dan kemiskinan.
Pada Oktober 2016, Topan Matthew menewaskan sedikitnya 1.000 warga Haiti, menghancurkan berbagai hasil upaya pemulihan gempa 2010 dan topan 2012.
Pada rangkaian bencana itu, berbagai negara menjanjikan bantuan pemulihan. Untuk gempa 2010 saja, total dana yang dijanjikan mencapai 13,5 miliar dollar AS. Hampir 8 tahun sejak gempa, tidak banyak terlihat wujud bantuan itu.
”USAID mengucurkan 1,5 miliar dollar AS sejak gempa,” kata pakar kebijakan Amerika Latin pada lembaga kajian CEPR di Washington, Jake Johnston.
Johnston menyebut paling tidak ada dua faktor utama aneka bantuan itu tidak kentara wujudnya. Pertama, sebagian bantuan diberikan dengan kontrak pengerjaan oleh tenaga dari negara donor. Sebagian bantuan habis untuk mendanai tenaga dari negara donor.
Faktor kedua, masyarakat internasional tidak percaya kepada Haiti. Dari 180 negara, Haiti menempati peringkat ke-157 pada daftar indeks korupsi. Politik Haiti pun tidak stabil. Di tengah keterpurukan akibat bencana, Haiti pernah berada dalam kekosongan kekuasaan definitif pada 2016. Kondisi itu membuat donor internasional sulit diyakinkan untuk menyerahkan dana bantuan kepada Haiti. Dampaknya, Haiti masih terpuruk sampai sekarang.
Filipina
Di Asia Tenggara, bencana juga membuat Filipina kepayahan. Topan Haiyan pada 2013 menewaskan ribuan warga Filipina. Salah satu dari empat topan yang menghantam Filipina pada 2013 itu menyebabkan jutaan orang kehilangan tempat tinggal. Dampak topan ditaksir menghilangkan 18 persen produk domestik bruto Filipina.
Negara itu harus mengalokasikan banyak sumber daya untuk pulih dari terjangan topan Haiyan. Pemulihan terbantu antara lain oleh kiriman uang pekerja migran Filipina dari berbagai negara. Uang kiriman digunakan kerabat di kampung halaman untuk memperbaiki rumah hingga modal usaha.
Namun, bukan berarti Filipina sudah selesai memulihkan diri dari Haiyan. Sampai sekarang, masih ada orang yang belum selesai merehabilitasi rumah yang hancur oleh Haiyan. (AP/RAZ)