Pemerintah China Masih Bungkam
PARIS, SABTU Pemerintah China tidak kunjung bersuara soal menghilangnya Presiden Interpol Meng Hongwei (64). Meng dilaporkan menghilang setelah mudik ke China.
Kementerian Luar Negeri China tidak menanggapi konfirmasi yang dilayangkan kantor berita AFP. Adapun koran terbitan Hong Kong, South China Morning Post (SCMP), melaporkan Meng ditangkap tim rahasia China.
Interpol tidak mengetahui di mana Meng kini berada. ”Kami mendapat kabar dari media massa tentang dugaan hilangnya Presiden Interpol Meng Hongwei. Hal ini adalah kewenangan otoritas di Perancis dan China. Interpol tidak bisa berkomentar lebih lanjut,” demikian pernyataan Interpol.
Mantan Kepala Interpol China itu meninggalkan kantor Interpol di Lyon, Perancis, pekan lalu. Meng, Wakil Menteri Keamanan Umum China, dinyatakan mudik walau tidak ada penjelasan kenapa ia pulang ke China. Setelah itu, keberadaannya tidak diketahui.
Kementerian Dalam Negeri Perancis menyatakan istri Meng menghubungi Kepolisian Perancis karena sudah berhari-hari tidak ada kabar soal suaminya. Istri Meng juga melaporkan ada sejumlah ancaman kepada Meng. Kini, Kementerian Dalam Negeri Perancis menempatkan istri Meng dalam perlindungan.
Kepolisian Perancis mulai menyelidiki masalah itu. ”Perancis masih bingung soal Presiden Interpol dan prihatin tentang ancaman kepada istrinya. Komunikasi dengan China terus dilakukan,” demikian pernyataan Kemendagri Perancis.
SCMP melaporkan, Meng ditangkap komite disiplin begitu tiba di China. Komite yang nama resminya Komisi Pengawas Nasional itu diberi kekuasaan menyelidiki pegawai negeri yang diduga tidak transparan. Akan tetapi, tidak ada kejelasan mengapa Meng sampai diselidiki.
Meng menjabat Presiden Interpol untuk periode 2016-2020. Terpilihnya Meng menuai kritik karena dituding membuat China bisa memanfaatkan jaringan polisi lintas negara untuk memburu buronan negara itu di luar negeri.
Interpol membantah kritik tersebut. Presiden Interpol dinyatakan tidak terlibat di operasional harian lembaga itu. Operasional harian dipimpin sekretaris jenderal yang kini dijabat Juergen Stock asal Jerman.
Pada masa kepemimpinan Meng, Interpol, antara lain, menerbitkan perintah penangkapan kepada Guo Wengui, konglomerat China yang bermukim di Amerika Serikat. Ia dituding terlibat tindak pidana pencucian uang di sejumlah negara.
Kini, China mempunyai 44 perintah penangkapan yang dikeluarkan Interpol. Sebagian besar diterbitkan untuk buronan kasus pembunuhan, narkotika, dan kekerasan.
China juga gencar mengejar orang-orang yang diduga terlibat korupsi. Mereka menjadi sasaran kampanye antikorupsi yang dilancarkan oleh Presiden China Xi Jinping.
Perburuan koruptor China di luar negeri dikenal sebagai Operasi Berburu Rubah. Sejumlah pihak menuding operasi itu kerap melanggar kedaulatan negara lain. Para aparat China beroperasi diam-diam di negara lain tanpa persetujuan dari penegak hukum setempat. Operasi itu juga dituding sebagai kedok untuk menyingkirkan lawan politik Xi.
Tokoh hilang
Ketidakjelasan keberadaan Meng menambah panjang daftar tokoh China yang mendadak menghilang hingga berbulan-bulan. Salah seorang di daftar itu adalah selebritas Fan Bingbing yang menghilang sejak Mei 2018 dan baru kembali terdengar kabarnya pada awal Oktober. Belakangan diketahui Fan didenda 129 juta dollar AS karena mengemplang pajak selama bertahun-tahun. Dalam pernyataan resminya, Fan mengaku bersalah dan menyatakan malu atas pengemplangan pajak itu.
Akan tetapi, tidak ada penjelasan di mana ia berada selama beberapa bulan terakhir. Sejumlah pihak menduga Fang ditahan di tempat rahasia. Ia dilepaskan setelah menyetujui membayar denda dalam jumlah besar.
Selain Fan, ada pula Yang Zihui yang tidak diketahui keberadaannya sejak Agustus lalu. Ia merupakan pemimpin perusahaan pengelola kasino yang berpusat di Hong Kong, Landing International Development. Yang disebut dalam penyelidikan karena diduga terlibat penghindaran pajak pada lembaga investasi milik Pemerintah China, Huarong Asset Management. Ada yang menyebut ia ditahan di penjara rahasia di Kamboja.
Tokoh lain yang juga menghilang adalah Guo Guangchang. Konglomerat itu menghilang pada 2015. Setelah muncul kembali, ia menyatakan membantu penyelidikan. (AFP/REUTERS/RAZ)