Sepuluh Mahasiswa Bersiap Tunjukkan Silat di Jepang
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sepuluh mahasiswa Universitas Padjadjaran akan memperkenalkan budaya Nusantara, khususnya Minangkabau, dalam Kagoshima Youth Arts Festival 2018, Jepang, pertengahan Oktober ini. Dalam festival tersebut, mereka menunjukkan variasi silat harimau serta beberapa tari untuk menunjukkan keunikan seni bela diri silat yang menarik perhatian.
Para mahasiswa ini berasal dari Unit Pencinta Budaya Minangkabau (UPBM), sebuah unit kegiatan mahasiswa di Unpad yang fokus pada pelestarian budaya Nusantara, khususnya budaya Minangkabau. Pengetahuan dan upaya pelestarian ini membuat mereka diundang untuk menjadi peserta Kagoshima Youth Arts Festival 2018 (KAYAF).
Triana Bunda (21), Ketua Delegasi untuk KAYAF di Bandung, Minggu (7/10/2018), menjelaskan, KAYAF merupakan festival seni tahunan menyambut hari jadi Perfektur Kagoshima, salah satu wilayah di ujung Pulau Kyushu, Jepang. Acara ini berlangsung dari Kamis hingga Senin (18-22/10/2018) dan mengundang 10 negara peserta, seperti Malaysia, Korea Selatan, dan China, serta undangan dari sejumlah perwakilan negara sahabat.
Triana mengatakan, UPBM menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia dalam festival ini. ”Awal Oktober kemarin kami mendapat undangan dari alumni. Kami menyanggupi jadi peserta di acara tersebut karena dengan ini budaya Minangkabau bisa dikenal oleh pemuda-pemuda dari negara lain, baik dari negara peserta maupun dari undangan,” kata mahasiswi Biologi Unpad ini.
Ditemui pada hari bebas kendaraan di Dago, Bandung, mereka menunjukkan atraksi seni yang akan diperlihatkan di festival tersebut. Pertunjukan seni ini berupa tari piring, tari rantak, dan beberapa gerakan pencak silat harimau yang akan dibawakan nonstop selama 12 menit. Menurut Triana, silat harimau dan tari rantak yang kental unsur gerakan silat dipilih karena bela diri Minangkabau ini memiliki ciri khas.
”Silat harimau ini unik karena memiliki kuda-kuda rendah. Posisi badan saat siaga merendah seperti harimau yang siap menerkam. Tari rantak dan tari piring dipilih karena tarian ini memiliki gerakan yang tegas. Kami ingin menunjukkan, tarian-tarian tradisional di Indonesia tidak hanya ada yang gemulai. Di Minangkabau ada tarian yang tegas dan memiliki unsur bela diri,” katanya di sela-sela pertunjukan.
Selain memperkenalkan budaya Minangkabau di Bandung, mereka mengumpulkan dana untuk keberangkatan ke festival tersebut karena belum mendapatkan bantuan. M Iqbal Ramadhan (22) mengatakan saat ini masih berencana menggunakan dana pribadi untuk transportasi dan beberapa kebutuhan lain.
”Sekarang kami sedang berusaha mencari dana untuk tiket pesawat dan bekal selama di sana karena belum ada bantuan dari pemerintah dan kampus. Kami berharap mendapatkan perhatian dari kampus ataupun pemerintah karena kami membawa misi kebudayaan,” ujarnya.
Sukasih (60), warga Sindangjaya, Bandung, adalah salah satu pengunjung yang tertarik dengan penampilan UPBM Unpad ini. Ia mengatakan, pelestarian budaya di tangan generasi muda perlu mendapatkan perhatian.
”Saya senang melihat para pemuda yang mau memperkenalkan budaya di negeri orang. Memang sudah seharusnya budaya itu dibawa keluar, diperlihatkan. Jangan hanya di dalam. Mereka pemuda yang luar biasa,” katanya.