SAO PAULO, MINGGUPemilu Brasil diprediksi akan dimenangkan oleh Jair Bolsonaro, calon dari ultrakanan. Lawannya dari Partai Pekerja, Fernando Haddad, tertinggal lumayan jauh.
Demikian hasil jajak pendapat menjelang pemilu yang diadakan pada Minggu (7/10/2018). Pemilu kali ini merupakan yang paling keras yang pernah terjadi di Brasil setelah negara itu lepas dari rezim militer pada 1985. Bolsonaro yang sedang dalam pemulihan karena luka tusuk cukup serius yang dialaminya saat kampanye menjanjikan akan membawa Brasil ke kanan dan memberantas kejahatan serta korupsi.
Jajak pendapat terbaru yang dilansir pada Kamis oleh Datafolha menyebutkan, mantan anggota militer ini dipilih oleh 35 persen rakyat atau naik 3 persen dari survei sebelumnya. Sementara rival terdekatnya bergeming di angka 22 persen. Kandidat lain diprediksi jauh tertinggal kendati 26 persen responden menyatakan mereka belum memutuskan.
Bolsonaro (72) yang dikenal sebagai pengagum rezim diktator militer yang pernah berkuasa (1964-1985) mendapat dukungan besar dari komunitas Evangelis karena dia menjanjikan akan menghalangi pengesahan aborsi, perkawinan gay, dan narkoba. Sampai Kamis, dia masih berkampanye lewat media sosial. ”Hindari putaran kedua,” tulisnya, mengajak pemilihnya agar meyakinkan sanak keluarga mereka untuk memilih dirinya.
Dalam sebuah wawancara televisi pada Kamis lalu, Bolsonaro menuduh Haddad sebagai ”boneka” mantan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva yang tidak bisa mencalonkan diri karena berstatus narapidana. Haddad yang sebelumnya adalah wali kota Sao Paulo, baru dicalonkan sekitar tiga pekan lalu setelah Lula da Silva yang terjerat kasus korupsi dan dihukum 12 tahun dinyatakan tidak boleh ikut pemilu. Lula yang pernah menjadi presiden pada 2003-2010 bahkan tidak boleh memberikan suaranya dalam pemilu.
Pasar memberi reaksi cukup positif dengan prospek kemenangan calon ultrakanan ini. Mata uang Brasil naik 0,5 persen pada hari Jumat dan indeks saham naik 0,3 persen. Para investor cenderung menolak Partai Pekerja yang dituduh sebagai penyebab resesi terburuk pada 2015-2016.
Meskipun demikian, siapa pun yang akan menang, tantangan Brasil ke depan cukup berat dengan jumlah pengangguran sekitar 13 juta orang. (AFP/REUTERS/RET)