Untuk keempat kalinya Universitas Stanford, Amerika Serikat, menduduki peringkat teratas daftar 100 universitas paling inovatif di dunia versi kantor berita Reuters. Daftar tersebut mengidentifikasi dan memberi peringkat lembaga pendidikan yang melakukan upaya terbaik untuk memajukan sains, penemuan teknologi baru, serta menggerakkan industri dan pasar baru.
Universitas Stanford berada di peringkat teratas karena terus-menerus berkontribusi pada penelitian dan pengajuan paten yang sering dikutip oleh akademisi lain dari seluruh dunia. Kutipan tersebut memainkan peran kunci dalam peringkat universitas paling inovatif di dunia yang dilakukan oleh Reuters bermitra dengan Clarivate Analytics.
Riset terbaru di Stanford mencakup beberapa perkembangan di bidang kecerdasan buatan, termasuk sistem kamera generasi berikutnya untuk memandu mobil tanpa pengemudi dan simulator yang dapat memprediksi pengaruh obat potensial sebelum obat-obatan baru diuji pada manusia.
Sejumlah universitas di AS pun berada di papan atas daftar tersebut. Massachusetts Institute of Technology, misalnya, menempati urutan kedua dalam daftar dan Universitas Harvard berada di urutan ketiga. Tahun 2018 adalah tahun keempat secara berturut-turut ketiga universitas teratas tersebut masing-masing berada di peringkat pertama, kedua, dan ketiga.
Universitas Pennsylvania menduduki tempat keempat selama dua tahun berturut-turut dan Universitas Washington naik dua peringkat ke posisi kelima. Universitas Texas berada di peringkat keenam.
Peringkat berikutnya diisi oleh Universitas KU Leuven Belgia. KU Leuven Belgia adalah universitas di luar AS yang masuk 10 besar, diikuti Imperial College London (8), Universitas North Carolina Chapel Hill (9), dan Universitas Vanderbilt (10).
Langganan terbaik
Secara keseluruhan, delapan dari 10 universitas dengan peringkat tertinggi pada tahun lalu tetap berada di peringkat 10 teratas.
Yang meraih capaian terbesar pada daftar tahun ini adalah Universitas Manchester yang melonjak 27 peringkat dari peringkat ke-80 ke peringkat ke-53. Hal itu karena penelitian Universitas Manchester aktif dalam penelitian graphene supermaterial.
Graphene adalah salah satu bahan terkuat di bumi, tetapi juga sangat ringan, fleksibel, dan sangat konduktif. Graphene terbukti sebagai bahan yang sangat penting untuk inovasi masa depan dalam elektronik, energi, transportasi, dan industri lainnya. Fisikawan berteori, keberadaan graphene ditemukan pada 1940-an, tetapi pertama kali diproduksi tahun 2004 oleh dua ilmuwan Universitas Manchester. Sejak saat itu, Universitas Manchester mendominasi penelitian dunia dengan bahan itu.
Tren geopolitik juga merupakan faktor dalam peringkat tahun ini. Jerman menambahkan dua universitas ke Global Top 100 pada tahun 2018, dan peringkat regional universitas-universitas paling inovatif di Eropa menunjukkan universitas-universitas Jerman mendapatkan peringkat lebih tinggi daripada negara-negara lain di Eropa.
Secara keseluruhan, AS terus mendominasi daftar dengan 46 universitas di peringkat 100 teratas, Jerman dan Jepang adalah negara dengan kinerja terbaik kedua, dengan masing-masing berhasil menempatkan sembilan universitas mereka pada daftar.
Korea Selatan memiliki delapan universitas dalam daftar, sedangkan China, Perancis, dan Inggris masing-masing memiliki lima universitas; Swiss tiga universitas. Adapun Belgia, Kanada, Israel, dan Belanda masing-masing dua universitas; sedangkan Denmark dan Singapura masing-masing satu universitas.
Berdasarkan regional, Amerika Utara memiliki 48 universitas di top 100, Eropa memiliki 27 universitas, Asia 23 universitas, dan Timur Tengah memiliki 2 universitas. Tidak ada universitas peringkat 100 teratas yang berlokasi di Afrika, Amerika Selatan, atau Oceania.