PORT DICKSON, SABTU Langkah Anwar Ibrahim menuju kursi Perdana Menteri Malaysia terbuka. Ia menang dengan mudah dalam pemilu sela di Port Dickson, Malaysia, Sabtu (13/10/2018).
Data Komisi Pemilu Malaysia menunjukkan, Anwar memperoleh lebih dari 71 persen suara dari total suara yang berasal dari tujuh kandidat. Anwar memperoleh 31.016 suara, sedangkan rival terdekatnya hanya memperoleh 7.456 suara.
Memenangi kursi parlemen merupakan persyaratan utama bagi Anwar untuk terjun ke panggung politik. Anwar sudah digadang-gadang untuk menggantikan PM Mahathir Mohamad.
Mahathir, yang berkoalisi dengan partai Anwar pada pemilu Mei lalu, menumbangkan dominasi Barisan Nasional. Saat itu, Anwar masih berada di penjara dan kemudian dibebaskan setelah mendapat pengampunan penuh oleh Yang Dipertuan Agung XV Sultan Muhammad V. Mahathir (93) pernah menyatakan akan memerintah minimal selama dua tahun dan kemudian menyerahkannya kepada Anwar.
Ribuan orang sejak pagi berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara. Komisi pemilu memperkirakan, pemilih yang datang berkisar 60-70 persen.
”Kami memberikan suara untuk perdana menteri di masa depan. Kami butuh pemimpin yang berpengaruh untuk membawa perkembangan pembangunan kepada Port Dickson,” kata Lee Tian Hock (60).
Komunitas China di Malaysia merupakan salah satu pilar pendukung Anwar. ”Pagi ini, saya berdoa kepada Allah untuk kemenangan besar Anwar. Saya ingin dia menjadi perdana menteri kedelapan,” kata pengemudi truk, Mat Taib.
Sekitar 100 pendukung meneriakkan kata ”reformasi” ketika Anwar datang ke tempat pemungutan suara. ”Sampai bertemu di parlemen, Senin besok,” kata Anwar sambil tertawa lebar.
Anwar berkampanye dengan intens selama dua pekan terakhir untuk mengamankan kursi di wilayah yang multirasial itu.
Dalam kampanyenya, ia menjanjikan perbaikan pembangunan, pemerintahan yang bersih, dan peningkatan daya tarik pariwisata lokal.
Anwar juga terus mengampanyekan upaya pemerintah menyelesaikan kasus korupsi 1MDB yang menjerat mantan PM Malaysia Najib Razak dan istrinya, Rosmah. Keduanya terancam hukuman berat karena merugikan negara miliaran dollar AS.
Duo Anwar-Mahathir untuk pertama kalinya dalam 20 tahun tampil satu panggung dalam sebuah kampanye. Penampilan bersama ini dianggap sebagai ”babak penutup” perseteruan yang pernah terjadi di antara keduanya.
Anwar-Mahathir
Anwar pernah menjadi mitra politik Mahathir yang sangat dekat, bahkan ia pernah menjadi wakil Mahathir. Namun, perseteruan politik pada 1998 membuat Mahathir merasa kedudukannya terancam dan mengakhiri relasi itu. Anwar dituduh korup dan melakukan sodomi.
Pendukung Anwar meyakini tuduhan ini bersifat politis untuk menghabisi karier Anwar. Ia dipenjara dan dibebaskan pada 2003, tetapi dipenjara lagi dengan tuduhan sama pada 2015.
Mahathir kembali ke panggung politik karena berang dengan skandal korupsi 1MDB. Ia pun melakukan aliansi dengan partai Anwar melalui koalisi Pekatan Harapan.
Dalam kampanye, Jumat lalu, Anwar berjanji, dirinya tidak akan mengganggu pemerintahan Mahathir dan akan fokus pada upaya reformasi di parlemen.