Pembukaan Pos Perbatasan Jordania-Suriah Hidupkan Perekonomian Kawasan
DAMASKUS, SELASA — Penduduk di perbatasan Suriah-Jordania gembira dengan pembukaan ulang pos lintas batas negara di Jaber-Nassib. Pembukaan itu diharapkan menggairahkan kembali perekonomian di daerah perbatasan itu. Rute Jordania-Suriah pernah menggerakkan perdagangan senilai miliaran dollar AS di kawasan tersebut.
Seorang petugas perbatasan di wilayah Jordania mengatakan, pos perbatasan Nassib dibuka pukul 08.00 waktu setempat atau 14.00 WIB. Hingga pukul 17.30 WIB atau setelah 3,5 jam pos perbatasan itu dibuka, satu delegasi bisnis Suriah terlihat menyeberang ke Jordania. Begitu juga dengan puluhan warga sipil yang meninggalkan Jordania dan memasuki Suriah.
Hingga jam tersebut, belum terlihat truk-truk keluar-masuk melalui pos perbatasan tersebut. ”Kami sudah sepenuhnya siap untuk menerima penumpang dan transportasi barang,” kata Imad Riyalat, Kepala Pos Pemeriksaan Jaber di sisi wilayah Jordania.
”Kami perkirakan, lalu lintas bakal pelan di awal, tetapi dalam beberapa hari kami perkirakan pergerakan penumpang bakal meningkat,” lanjutnya.
Kantor berita Jordania, Petra, melaporkan, 199 orang menyeberang ke Suriah pada Senin kemarin. Sebanyak 37 orang di antaranya adalah warga Suriah, sedangkan sisanya adalah warga Jordania.
Wirausaha Suriah yang hidup di Jordania, Hisyam Falyoun, menjadi orang pertama yang melewati Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Jaber pada Senin (15/10/2018) pagi.
”Saya sangat bahagia, tidak bisa mengungkapkan perasaan saya. Pelintasan ini harusnya dibuka sejak dulu karena penting untuk negara-negara Arab, tidak hanya Suriah dan Jordania,” ujar Falyoun.
”Saya ingin menjadi orang pertama yang melintas untuk menunjukkan bahwa Suriah aman, Suriah sudah pulih,” lanjutnya.
Falyoun akan berkunjung ke Damaskus, ibu kota Suriah. Ia berharap bisa memberikan kejutan kepada orangtuanya yang tinggal di Damaskus.
Bagi Suriah, pengoperasian ulang PLBN itu diharapkan bisa menjadi salah satu penggerak perekonomiannya yang lebur karena perang.
”Hari ini adalah perayaan untuk semua dan saya ingin menjadi orang yang pertama kali melintas,” ujar wirausaha Suriah lainnya, Mohammed Hisyam. Seperti Falyoun, ia juga tinggal di Jordania selama beberapa waktu terakhir.
”Kondisi kami memburuk beberapa tahun terakhir. Pekerjaan tertunda karena penutupan perbatasan,” kata Imad Sariheen, warga Jordania yang menjadi pengemudi taksi yang kerap melintas antara Jordania dan Suriah sebelum perbatasan ditutup.
Ia menyebutkan, pembukaan PLBN itu sumber kebahagiaan besar. Pembukaan tersebut diharapkan bisa mengurangi tekanan ekonomi selama PLBN ditutup.
Seorang dari kelompok delegasi bisnis Suriah yang tiba di perbatasan itu mengatakan, pembukaan kembali pos perbatasan tersebut bakal mendongkrak perdagangan.
”Kami perkirakan, bakal ada peningkatan dalam ekonomi kedua negara,” kata Mohammad Hamsho, pebisnis Suriah terkemuka, kepada kantor berita Reuters.
Area di sekitar pos perbatasan itu diambil alih pasukan pemerintah Suriah dari milisi oposisi melalui serangan yang didukung militer Rusia, Juli lalu.
PLBN Jaber di Jordania dan PLBN Nassib di Suriah tutup selama perang berkecamuk di Suriah. PLBN Nassib ditutup setelah milisi oposisi menguasai Daraa pada 2015. Setelah milisi terusir dari Daraa, aneka hal dipulihkan, termasuk pengoperasi PLBN.
Sebelum ditutup, PLBN itu menjadi jalur perdagangan banyak kota di Suriah dan Jordania serta negara sekitarnya. Penutupan PLBN itu menekan perekonomian Jordania yang sangat bergantung pada impor dan bantuan asing. Nilai perdagangan Jordania dan Suriah pada 2010 mencapai 615 juta dollar AS. Setelah itu, nilainya terus merosot karena Suriah dilanda perang.
Bagi Suriah, pengoperasian ulang PLBN itu diharapkan bisa menjadi salah satu penggerak perekonomiannya yang lebur karena perang. Meski belum sepenuhnya, Pemerintah Suriah sudah bisa mengontrol kembali sebagian besar negara itu. Sebagian lagi masih dikendalikan milisi dari sejumlah kelompok.
Dari 19 PLBN di perbatasan Suriah dengan Irak, Lebanon, Jordania, dan Turki, Damaskus baru mengontrol separuhnya.
Juru bicara Pemerintah Jordania, Jumana Ghneimat, menyatakan, PLBN Jaber dibuka setelan Amman dan Damaskus menyepakati sejumlah hal teknis. Kesepakatan itu antara lain mengatur pengiriman petugas Jordania di PLBN Nassib. Sebab, di Nassib tidak ada mesin pemindai. Setiap pelintas juga harus mendapat izin dari otoritas Jordania. Pelintas yang akan menuju negara lain harus menunjukkan visa ke negara tujuan dan punya izin tinggal jelas di Suriah.
Bukan hanya Jordania atau Suriah yang bakal memetik manfaat pembukaan kembali pos perbatasan di Jaber atau Nassib itu. Lebanon,negara tetangga Suriah dan Jordania, juga bergembira dengan pembukaan kembali pos perbatasan tersebut. Selain pos perbatasan di Jaber atau Nassib, pos perbatasan Suriah yang beroperasi secara normal hanya di pos perbatasan dengan Lebanon.
Pembukaan pos perbatasan Nassib akan membangkitkan kembali sektor-sektor produktif Lebanon yang bermacam-macam dan mengurangi biaya ekspor barang-barang dari Lebanon ke negara-negara Arab.
Lebanon bergantung pada Suriah dalam koneksi daratan ke seluruh negara lain. Satu-satunya perbatasan darat lainnya yang dimiliki Lebanon adalah Israel di selatan. Namun, dengan Israel, Lebanon tidak memiliki hubungan. Bahkan, secara teknis kedua negara itu masih berstatus perang.
”Pembukaan pos perbatasan Nassib akan membangkitkan kembali sektor-sektor produktif Lebanon yang bermacam-macam dan mengurangi biaya ekspor barang-barang dari Lebanon ke negara-negara Arab,” tulis Presiden Lebanon Michel Aoun melalui akun Twitter Kepresidenan Lebanon.
Perbatasan Quneitra
Secara terpisah, Israel juga membuka kembali pos perbatasan Quneitra di wilayah Dataran Tinggi Golan yang mereka duduki dan berbatasan langsung dengan Suriah, Senin (15/10/2018). Namun, militer Israel menyebutkan, hanya anggota pasukan penjaga perdamaian PBB yang diperbolehkan melintasi pos perbatasan itu.
Israel merebut Dataran Tinggi Golan pada perang Arab tahun 1967. Sebelum perang Suriah meletus sejak lebih dari tujuh tahun lalu, pos perbatasan di Quneitra menjadi area melintas warga Arab Druze di kedua wilayah negara itu. Pemerintah Suriah dan pasukan mitranya merebut sebagian wilayah Suriah dari pihak oposisi, Juli lalu. Kantor berita Suriah, SANA, mengatakan, pos perbatasan itu telah ditutup selama lima tahun. (AFP/REUTERS/SAM)