Bandara Internasional Hongqiao Shanghai mulai menggunakan alat pengenal wajah otomatis. Dengan alat ini, pemeriksaan semakin cepat dan data penumpang lebih akurat.
Pengatur penerbangan sipil menyatakan, bandara menyiapkan kios-kios swalayan untuk pemeriksaan penerbangan dan bagasi, keamanan, serta saat penumpang masuk pesawat. Semua menggunakan teknologi pengenal wajah. Semuanya dilakukan secara otomatis. ”Untuk pertama kalinya, China bisa menyelenggarakan swalayanan untuk seluruh proses pemeriksaan,” kata Zhang Zheng, General Manajer Layanan Darat untuk Spring Airlines, Selasa (16/10/2018).
Penumpang senang dengan penggunaan alat baru ini. Dari 5.017 penumpang Spring Airlines yang bepergian pada Senin, 87 persen memanfaatkan kios swalayanan dengan kecepatan pemeriksaan rata-rata kurang dari 1,5 menit.
Alat pengenal wajah otomatis ini sebelumnya sudah pernah digunakan, tetapi terbatas hanya untuk pemegang paspor China. Menyusul Shanghai, pemeriksaan dengan teknologi pengenal wajah otomatis juga akan diterapkan di sejumlah bandara lain, seperti Beijing, Nanyang, dan bandara di Provinsi Henan.
Untuk banyak hal
Alat pengenal wajah yang canggih sebenarnya sudah banyak digunakan untuk banyak hal di China. Polisi telah menerapkan sistem itu untuk mengidentifikasi warga di keramaian dan pejalan kaki yang melanggar aturan. Polisi juga sedang mengembangkan sistem integrasi nasional atas data kamera pengintai.
Bukan hanya itu, media juga diramaikan dengan laporan pengembangan aplikasi di berbagai tempat. Di restoran cepat saji KFC di Hangzhou, misalnya, pelanggan sudah bisa melakukan pembayaran dengan menggunakan teknologi pengenal wajah. Di sekolah-sekolah, alat itu bisa dimanfaatkan untuk mengawasi reaksi siswa di dalam kelas. Sementara di banyak ATM di Makau, perlengkapan tersebut bisa dimanfaatkan untuk menghambat kejahatan pencucian uang.
Namun, muncul keberatan dari sejumlah kalangan yang mengkhawatirkan penyalahgunaan data. ”Kami khawatir dengan berkembangnya integrasi dan penggunaan teknologi pengenal wajah karena ini akan menyediakan data lebih banyak bagi otoritas untuk menelusuri rakyat,” tutur Maya Wang, peneliti senior untuk Human Rights Watch China.
Negara lain
Sejumlah negara juga cenderung menggunakan teknologi pengenal wajah untuk memeriksa penumpang. Dengan penggunaan teknologi itu, kemungkinan ada penumpang yang lolos dengan mengecoh identitas sangat sulit. Awal bulan lalu, pihak keamanan Bandara Dulles, Washington DC, menangkal masuk seorang penumpang yang kemudian diketahui menggunakan identitas palsu. Seorang penumpang dari Accra, Ghana, ketika itu menyodorkan paspor AS. Namun, dengan teknologi pengenal wajah, diketahui terjadi ketidakcocokkan antara paspor dan wajah si pembawa. Dari hasil pemeriksaan lanjutan diketahui penumpang perempuan tersebut berkewarganegaraan Kamerun. Kejadian serupa di bandara yang sama menurut laporan Washington Post terjadi pada Agustus dan September.
Di India, menurut rencana, awal tahun depan sejumlah bandara akan dilengkapi dengan alat pengenal wajah. Namun, kata seorang pejabat penerbangan sipil India, Najiv Nayan, penumpang bisa memilih untuk menggunakan kartu identitas atau cukup mengandalkan sistem pemeriksaan biometrik. Ketentuan ini berlaku hanya untuk penerbangan domestik.
”Keamanan akan mendapat manfaat dari kemampuan teknologi memverifikasi penumpang pada setiap titik pemeriksaan dengan cara yang tidak mengganggu,” kata Rajiv saat mengumumkan penggunaan sistem itu beberapa waktu lalu.
Bandara pertama yang akan menggunakan teknologi pemeriksa wajah adalah Bengaluru dan Hyderabad. Diperkirakan pada Februari nanti kedua bandara dilengkapi alat itu. Bandara lain yang direncanakan akan dilengkapi teknologi pengenal wajah adalah Kolkatam Varanasi, Pune, dan Vijayawada, dengan ancar-ancar pada April tahun depan.
Jumlah penumpang pesawat di India mengalami peningkatan sangat signifikan. Dalam satu dasawarsa ini tercatat pertambahan sampai enam kali lipat. (AP/RET)