Setelah diangkat menjadi wakil putra mahkota pada 2015 dan menjadi putra mahkota pada 2017, Pangeran Mohammed bin Salman melakukan berbagai manuver. Ia dipuja karena dipandang membawa angin reformasi bagi Arab Saudi. Sejumlah hal yang puluhan tahun terlarang boleh dilakukan di Arab Saudi atas arahan pangeran muda itu.
Sebagai putra mahkota, Pangeran Mohammed yang dikenal dengan inisial MBS itu juga melakukan sejumlah langkah yang mengundang kecaman. Sebagai ketua lembaga antikorupsi, ia menangkap ratusan orang penting di Saudi, termasuk paman dan sepupunya.
Aset bernilai ribuan triliun rupiah dibekukan hingga para tahanan itu membuat kesepakatan.
Di luar negeri, ia membuat sejumlah manuver. Di bawah komandonya, Arab Saudi ambil bagian dalam perang di Yaman. Tiga tahun berlalu, tak ada tanda-tanda perang itu akan berakhir. Arab Saudi memelopori boikot terhadap Qatar.
MBS juga dituding ikut membuat proposal baru dalam masalah Palestina-Israel. Bersama Jared Kushner, menantu sekaligus penasihat Presiden AS Donald Trump, ia menawarkan kesepakatan yang menimbulkan kemarahan Palestina. Sebab, dalam tawaran itu, ibu kota Palestina bukan Jerusalem Timur.
Semua manuver di dalam dan luar negeri itu nyaris tidak berdampak pada kekuasaannya. Bahkan, negara-negara Barat menahan diri berkomentar soal rekam jejak hak asasi manusia (HAM) Saudi setelah Riyadh membekukan hubungan diplomatik dengan Kanada.
Pembekuan yang dipicu komentar Kanada atas masalah HAM Saudi. Negara-negara Barat tidak ingin hubungan ekonominya dengan Saudi terganggu.
Semua manuver itu seperti angin sepoi-sepoi yang tidak berdampak pada kekuasaan MBS. Karena terbiasa dengan embusan angin yang melenakan, MBS terus melangkah.
Perubahan
Namun, situasi berubah. Menghilangnya jurnalis senior Arab Saudi, Jamal Khashoggi, yang jadi penduduk tetap AS, menjadi pemicu. Khashoggi terakhir terlihat memasuki Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, 2 Oktober lalu. Di pekan kedua Khashoggi menghilang reaksi keras bermunculan.
Diawali reaksi pengusaha Inggris, Richard Branson, yang mengumumkan pembatalan kerja sama perusahaannya, Virgin Group, dengan Arab Saudi, banyak pihak turut memberikan reaksi keras seiring makin banyak informasi terkait masalah Khashoggi.
Sejumlah tokoh bisnis, bos perusahaan, dan pejabat pemerintah dari sejumlah negara, seperti AS, Perancis, Belanda, dan Inggris, serta tokoh-tokoh penting lain mengumumkan pembatalan keikutsertaan dalam forum investasi Future Investment Initiative (FII) di Riyadh, 23-25 Oktober ini.
Mereka menolak hadir dalam forum itu setelah kasus Khashoggi merebak. Ini pukulan bagi MBS. FII dihelat Riyadh untuk mencari dana bagi aneka proyek pada Visi 2030. Visi 2030 adalah ambisi MBS mengubah perekonomian Saudi dari bergantung pada minyak ke bergantung pada aneka sektor.
Pangeran Mohammed mendapat peringatan dari Menlu AS Mike Pompeo yang, menurut salah seorang pejabat AS, menyebut bahwa reputasi MBS sebagai calon pemimpin Saudi dipertaruhkan dalam kasus itu. Arab Saudi mengakui
Khashoggi tewas akibat perkelahian di konsulat. Pengakuan yang diragukan banyak kalangan di dunia internasional.
Kasus Khashoggi seperti badai yang bisa mengguncang banyak hal. Dari Istanbul, kasus itu bertiup dan menjadi topan Jamal yang mengguncang Riyadh. (AP/AFP/RAZ)