Masinis Kereta Mengaku Lalai sehingga Terjadi Kecelakaan
Oleh
Ayu Pratiwi
·2 menit baca
TAIPEI, RABU — Kecelakaan kereta api cepat di Yilan, Taiwan, Minggu (21/10/2018) sore, diduga akibat kelalaian masinis. Sistem kontrol kecepatan kereta juga dipertanyakan dan masih diselidiki. Kecelakaan itu merupakan yang terparah sejak 1980-an; menewaskan 18 korban dan melukai 187 orang lain.
Huang Yong-sheng, juru bicara Pengadilan Negeri Yilan, mengungkapkan, masinis mematikan sistem kontrol kecepatan untuk menaikkan laju kereta api karena sebelumnya kereta melambat.
”Seharusnya dia menyalakan kembali sistem kontrol kecepatan itu pada stasiun berikutnya. Terdakwa (masinis) diduga lalai,” ucapnya, Selasa (23/10/2018), kepada Reuters.
Kecepatan kereta mencapai 140 kilometer per jam saat melintasi tikungan rel. Padahal, batas kecepatan seharusnya 74 kilometer per jam.
[embed]https://youtu.be/kyr50RENsiE[/embed]
Hingga Selasa siang belum ada penjelasan sang masinis, You Zhen-zhong, kepada pers. Ia telah dirawat di rumah sakit setempat dan harus menyerahkan uang jaminan 500.000 dollar Taiwan. Ia juga dicegah untuk meninggalkan Taiwan setelah ditahan demi kelancaran penyelidikan.
Pembela You, Kou Tua-jia, mengatakan, kliennya tahu ia harus menyalakan kembali sistem kontrol kecepatan kereta api. Akan tetapi, ia terlalu sibuk berkomunikasi dengan petugas lainnya mengenai kecepatan kereta api.
”Ia mengaku lalai dalam tugasnya. Namun, ada masalah lain yang ingin ia sampaikan, yaitu ada masalah dengan kereta itu sendiri,” kata Kou, yakni soal indikator kereta api menunjukkan bahwa kecepatan kereta tidak normal.
Wu Ze-cheng, ketua tim investigasi, tak yakin jika sistem kontrol kecepatan kereta api mati secara otomatis atau secara manual sebelum kecelakaan itu terjadi. Investigasi lebih lanjut diperlukan untuk memastikan kenapa sopir tidak berhasil menyalakan kembali sistem kontrol kecepatan.
Perdana Menteri Taiwan William Lai meminta maaf kepada publik atas kecelakaan itu. ”Masyarakat mengharapkan transportasi kereta api paling aman,” ujarnya. (REUTERS)