Menlu Saudi: Raja Salman Minta Kasus Khashoggi Dituntaskan dan Tak Terulang
Oleh
KRIS RAZIANTO MADA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud meminta masalah seperti kasus Khashoggi tidak terulang. Raja Salman juga meminta kasus Khashoggi dituntaskan.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir mengatakan, perintah itu dikeluarkan Raja Salman kepada kejaksaaan agung dan pejabat terkait. "Kita akan menanti, prosedur dan mekanisme disusun untuk memastikan hal seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi," ujarnya seusai bertemu Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi, Selasa (23/10/2018), di Jakarta.
Ia mengatakan, Arab Saudi berkomitmen untuk menuntaskan kasus itu. Komitmen itu ditunjukkan dengan mengirimkan tim penyelidik ke Turki.
"Kami menunjukkan komitmen penyelidikan ini (dilakukan) menyeluruh dan tuntas serta kebenaran diungkap. Mereka yang terlibat akan diminta pertanggungjawaban," tutur Jubeir.
Ia mengatakan, penyidik Arab Saudi masih berada di Turki sampai sekarang. Mereka masih terus menggali keterangan tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam konsulat Saudi di Istanbul pada Selasa (2/10/2018) siang.
Pada hari itu, jurnalis senior Arab Saudi Jamal Khashoggi masuk konsulat dan tidak pernah keluar lagi. Setelah berkali-kali menyangkal dengan menyatakan Khashoggi telah meninggalkan konsulat, Riyadh akhirnya mengakui Khashoggi terbunuh dalam konsulat. Pengakuan itu, antara lain, disampaikan al-Jubeir.
Ini baru langkah awal dari perjalanan panjang.
Menurut Jubeir, tim penyidik menemukan perbedaan fakta dengan laporan orang-orang yang ke Istanbul. Mereka yang terlibat akan dimintai pertanggungjawaban.
Jubeir juga mengatakan, Riyadh akan terus memantau perkembangan kasus itu dan menyampaikannya kepada publik. Ia pun kembali mengungkapkan bahwa Arab Saudi sudah menangkap 18 orang dan memberhentikan 6 pejabat senior terkait kasus itu. "Ini baru langkah awal dari perjalanan panjang," kata Jubeir.
Sementara Menteri Retno mengatakan, Indonesia meminta investigasi transparan dan seksama atas kasus itu. Indonesia juga kembali menyatakan duka cita pada keluarga Khashoggi.
Versi Riyadh
Terpisah, Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta membagikan informasi kasus itu dalam versi Riyadh. Penyidik yang diutus Riyadh menemukan para tersangka Istanbul untuk menemui Khashoggi. Mereka ke sana karena mendapat informasi Khashoggi, yang bermukim di Amerika Serikat sejak 2017 dan mengkritik Saudi dari sana, akan pulang ke Saudi.
Di konsulat, tim dari Riyadh itu bertemu lalu berdiskusi dengan Khashoggi. Pembicaraan dinyatakan tidak sesuai harapan tim Riyadh sehingga berujung pada perkelahian di antara mereka. Perkelahian itu akhirnya menyebabkan kematian Khashoggi. Tim dari Riyadh dinyatakan berupaya menutupi masalah itu.
Riyadh memastikan penyelidikan masih terus berlangsung, meski 18 orang sudah ditahan. Mereka yang terlibat dipastikan akan diadili secara terbuka pada pengadilan kompeten menurut hukum Arab Saudi.
Dekrit Raja
Raja Salman dinyatakan memberi perhatian serius pada kasus itu. Sampai saat ini, Raja Salman sudah mengeluarkan dekrit nomor 5709 yang berisi perintah penyelidikan kasus itu.
Dalam informasi yang dibagikan Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta, juga dicantumkan bahwa Raja Salman mengeluarkan dekrit nomor 7422. Lewat dekrit itu, Raja Salman memerintahkan perombakan badan intelijen dan aturan-aturan terkait operasi intelijen.
Raja Salman juga ingin ada kejelasan kewenangan lembaga intelijen, penilaian atas prosedur dan kekuasaan lembaga itu. Perintah itu untuk memastikan lembaga intelijen bekerja secara bertanggung jawab sesuai peruntukannya. Perintah terkait lembaga intelejen itu harus ada hasilnya paling lambat sebulan mendatang.
Riyadh memastikan, mereka yang terlibat dipastikan akan diadili secara terbuka di pengadilan kompeten menurut hukum Arab Saudi.
Dari Ankara dilaporkan, Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan menyatakan pembunuhan Khashoggi telah direncanakan. Tudingan itu berdasarkan hasil penyelidikan Turki yang sebagian hasilnya dibacakan Erdogan di parlemen Turki pada Selasa siang di Ankara. Pidato itu disiarkan ke berbagai negara.
Erdogan menceritakan detail yang sebagian besar amat mirip dengan informasi yang terus dibocorkan ke media massa Turki sejak beberapa pekan lalu. Ia meminta pula penerapan hukum internasional, hukum Islam, dan hukum Arab Saudi dalam kasus itu.
"Karena peristiwa ini terjadi di Istanbul, saya menyarankan pengadilan dilakukan di Istanbul," kata dia.