RIYADH, SELASA - Investor asing melihat kasus dugaan pembunuhan jurnalis senior Jamal Khashoggi telah meningkatkan risiko berinvestasi di Arab Saudi. Kasus Khashoggi mengembalikan memori buruk tentang potensi gangguan dalam berinvestasi di negara itu, seperti penangkapan para pangeran dan aktivis pada tahun lalu, hanya beberapa saat setelah Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman mengumumkan megaproyek futuristik di Saudi dengan landasan masyarakat yang moderat.
Suasana sedikit muram dengan aneka pertanyaan atas masa depan investasi di Arab Saudi itu tersaji dalam forum Inisiatif Investasi Masa Depan yang dibuka di Riyadh, Selasa (23/10/2018). Pangeran Mohammed bin Salman sebagai sosok sentral di forum itu tidak terlihat hadir dalam acara pembukaan. Perhelatan akan berlangsung selama tiga hari. Pada perdagangan Selasa pagi, indeks saham Arab Saudi sempat turun hingga 1,6 persen.
Beberapa petinggi yang sedianya hadir, tetapi akhirnya membatalkan keikutsertaan mereka, adalah Menteri Keuangan Amerika Serikat Steven Mnuchin dan menteri-menteri senior Inggris serta Perancis. Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional Christine Lagarde; serta belasan petinggi perusahaan-perusahaan keuangan global, mulai dari JP Morgan Chase hingga HSBC, ikut membatalkan kehadiran mereka. Pembatalan ini terkait langsung dengan dugaan pembunuhan Khashoggi di Konsulat Arab Saudi di Instanbul, Turki, 2 Oktober 2018.
”Wajar rasanya saat berkumpul di Riyadh pagi ini pikiran kita cenderung fokus pada kejadian baru-baru ini seputar kematian Jamal Khashoggi, seorang penulis, seorang jurnalis, dan seorang wartawan Saudi yang dikenal oleh banyak dari kita,” tutur Lubna Olayan, pengusaha Saudi yang menjadi moderator panel pertama forum. ”Semoga ia beristirahat dalam damai.”
Olayan menambahkan bahwa ”tindakan mengerikan”, seperti yang dilaporkan dalam beberapa minggu terakhir, ini adalah sesuatu yang asing bagi budaya Saudi. Ia berharap kerajaan akan kembali dengan posisi lebih kuat setelah kasus yang memunculkan kecaman internasional tersebut.
Di tengah suasana tidak nyaman terkait dengan kasus Khashoggi, media-media Arab Saudi melaporkan bahwa otoritas Saudi diperkirakan bakal menandatangani kesepakatan investasi senilai lebih dari 50 miliar dollar AS. Selain di sektor minyak dan gas sebagai tulang punggung pendapatan negeri itu, komitmen investasi di sektor industri dan infrastruktur juga diraih. Perusahaan-perusahaan yang berkomitmen antara lain adalah Trafigura, Total, Hyundai, Norinco, Schlumberger, Halliburton, dan Baker Hughes. Komitmen mereka diharapkan terealisasi sebagai bagian dari reformasi untuk mengakhiri ketergantungan Saudi pada ekspor minyak.
Badan Pengelola Dana Kekayaan Negara, pendukung utama acara itu, menyebutkan, Arab Saudi menjadi lebih transparan. Dikatakan bahwa, melalui Dana Investasi Publik (PIF) Saudi, pihak kerajaan terus mengembangkan industri baru di bawah reformasi ekonomi yang diluncurkan Pangeran Mohammed bin Salman. Direktur Pengelola Dana Kekayaan Negara Yasir al-Rumayyan mengatakan, dana yang diterima telah diinvestasikan pada 50-60 perusahaan melalui Vision Fund yang merupakan bagian dari Softbank Group. Melalui PIF, dibuat aneka komitmen substansial terhadap perusahaan teknologi atau investasi, termasuk kesepakatan senilai 45 miliar dollar AS untuk diinvestasikan dalam Vision Fund.
Kepala Investasi Langsung Rusia Kirill Dmitriev mengatakan, upaya diversifikasi ekonomi Arab Saudi penting bagi dunia. Ia mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan Rusia, terutama perusahaan minyak dan petrokimia, ingin memasuki pasar Saudi. ”Arab Saudi merupakan mitra yang hebat bagi kami,” ujar Dmitriev yang memimpin delegasi besar Rusia dalam forum tersebut. (AFP/AP/REUTERS/BEN)