WASHINGTON, RABU Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo, Selasa (23/10/2018), di Washington DC, AS, mengingatkan Pakistan untuk menekan ekstremis di Afghanistan. Pompeo mengatakan, Washington tetap meminta tanggung jawab mitranya itu. Pernyataan tersebut dilontarkan Pompeo menyikapi pelaksanaan pemilihan legislatif di Afghanistan yang telah lama tertunda.
”Harapan kami, Pakistan tidak menjadi pelabuhan yang aman bagi para teroris di perbatasan barat Pakistan,” kata Pompeo kepada wartawan ketika ditanya tentang peran Pakistan.
Menurut Pompeo, pesan AS kepada Pakistan sangat jelas. ”Pakistan akan dimintai pertanggungjawaban jika mereka tidak berhasil mencapai itu, jika mereka tidak tulus dalam upaya itu,” kata Pompeo.
”Semua orang menginginkan rekonsiliasi di Afghanistan. Untuk mencapai itu, Pakistan tidak bisa menyediakan tempat yang aman untuk Taliban, untuk Haqqani, dan untuk gerakan ekstremis lainnya di dalam Pakistan,” kata Pompeo menyebut semua gerakan ekstremis yang bertempur di Afghanistan.
300 juta dollar AS
Pemerintah AS bulan lalu memotong hingga 300 juta dollar AS (Rp 4,5 triliun) bantuan militer untuk Pakistan. Kebijakan itu diambil setelah bertahun-tahun AS mengeluhkan bahwa Pakistan terus memelihara hubungan dengan Taliban yang menarget Afghanistan dan India yang menjadi saingan Pakistan.
Pakistan membantah tuduhan itu dan menyatakan, Pakistan telah membayar mahal untuk memerangi militan dan berupaya agar bisa membawa Taliban ke meja perundingan.
Delegasi Taliban awal bulan ini bertemu di Qatar dengan utusan Pemerintah AS. Perdana Menteri Pakistan Imran Khan sudah lama menjadi pendukung negosiasi untuk mengakhiri perang di Afghanistan.
Serangan
Kamis (18/10), Taliban mengklaim serangan yang dilakukan oleh seorang tentara elite Afghanistan. Serangan itu terjadi saat pertemuan tingkat tinggi di kompleks kantor gubernur Kandahar untuk membahas rencana pengamanan pemilihan parlemen Afghanistan.
Serangan itu menewaskan Kepala Polisi Kandahar Abdul Raziq, Kepala Intelijen Kandahar Abdul Mohmin, dan Gubernur Kandahar Zalmay Wesa. Wesa meninggal setelah dibawa ke rumah sakit dan tidak bisa diselamatkan.
Komandan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Afghanistan Jenderal Scott Miller selamat dari serangan itu. Meskipun demikian, serangan tersebut menunjukkan situasi terkini negara itu.
Serangan yang terjadi dua hari sebelum pemilihan parlemen digelar menunjukkan Afghanistan belum sepenuhnya aman. Seorang juru bicara Taliban mengatakan, sebenarnya Miller-lah yang menjadi target utama serangan.
Analis Bill Roggio dari Long War Journal mengatakan, terbunuhnya Raziq mungkin memiliki implikasi besar pada situasi keamanan di Afghanistan selatan.
Taliban sendiri telah melontarkan ancaman akan mengganggu pemilihan parlemen Afghanistan yang berlangsung pada Sabtu (20/10). Taliban juga telah memperingatkan para guru dan siswa agar tidak membiarkan sekolah-sekolah digunakan untuk pemungutan suara dan memperingatkan warga Afghanistan agar menjauh dari tempat pemungutan suara.(AFP/AP/LOK)