Para Pembunuh Khashoggi Bakal Diadili di Arab Saudi
Oleh
·3 menit baca
MANAMA, SABTU Arab Saudi menolak permintaan Pemerintah Turki untuk melakukan ekstradisi terhadap 18 warga Saudi yang diduga terlibat dalam pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Riyadh menyatakan para tersangka akan diadili di Saudi dengan hukum yang berlaku di negeri itu.
”Mengenai masalah ekstradisi, orang-orang itu adalah warga negara Saudi. Mereka ditahan di Arab Saudi, penyelidikan dilakukan di Arab Saudi, dan mereka akan dituntut di Arab Saudi,” kata Menteri Luar Negeri Adel al-Jubeir di sebuah forum pertahanan regional, di Manama, Bahrain, Sabtu (27/10/2018).
Jubeir secara langsung merespons pernyataan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Sebelumnya, Erdogan menyerukan ekstradisi atas 18 warga Saudi yang diduga terlibat dalam pembunuhan Khashoggi, seorang pengkritik Saudi yang tewas di konsulat negara itu di Istanbul pada 2 Oktober lalu.
Setelah menyangkal dalam kasus Khashoggi selama hampir tiga pekan, Riyadh akhirnya mengakui pembunuhan atas jurnalis tersebut. Diakui bahwa pembunuhan telah direncanakan. ”Kami akan mengatasinya,” ujar Jubeir. ”Masalahnya, seperti yang saya katakan, sedang diselidiki. Kami akan tahu yang sebenarnya. Kami akan meminta pertanggungjawaban kepada mereka yang terlibat. Kami pun akan menempatkan mekanisme untuk memastikan hal itu tidak terjadi lagi.”
Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman secara terbuka mengecam pembunuhan itu dan menyatakannya sebagai hal yang ”menjijikkan”. Adapun jaksa Saudi mengakui untuk pertama kalinya, pekan lalu, bahwa berdasarkan bukti penyelidikan, pembunuhan itu telah direncanakan. Lima kepala intelijen Saudi dipecat, termasuk dua orang yang merupakan bagian dari lingkaran dalam putra mahkota akibat peristiwa pembunuhan Khashoggi.
Pernah menjadi bagian dari orang dalam di lingkaran kerajaan Saudi, Khashoggi akhirnya memilih keluar dari monarki setelah Mohammed Salman ditunjuk sebagai ahli waris takhta kerajaan tahun lalu. Penulis itu memilih pergi ke Amerika Serikat dan menulis kolom untuk The Washington Post, yang sering mengecam sang putra mahkota.
Khashoggi terakhir kali terlihat memasuki konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober untuk menyelesaikan dokumen rencana pernikahannya dengan Hatice Cengiz. Cengiz menuntut hukuman atas semua orang yang terlibat dalam pembunuhan Khashoggi ”dari tingkat tertinggi hingga terendah”. Dalam sebuah wawancara televisi, Cengiz mengatakan tidak akan membiarkan Khashoggi memasuki konsulat jika berpikir bahwa pihak Saudi berencana membunuh sang tunangan. Dia mengatakan belum dihubungi oleh pejabat Saudi dan tidak mungkin pergi ke Arab Saudi untuk pemakaman di sana jika mayat Khashoggi yang saat ini belum diketahui keberadaannya ditemukan.
Pengaruhi stabilitas regional
Menteri Pertahanan AS Jim Mattis, yang juga berbicara dalam forum di Manama, memperingatkan bahwa pembunuhan Khashoggi menimbulkan keprihatinan sekaligus menjadi peringatan bersama. Salah satu yang dapat terpengaruh adalah stabilitas regional. ”Kegagalan suatu negara untuk mematuhi norma-norma internasional dan aturan hukum merongrong stabilitas regional pada saat yang paling dibutuhkan,” tuturnya.
Pembunuhan Khashoggi telah menimbulkan kemarahan internasional dan merusak hubungan Riyadh dengan AS serta pemerintah Barat lainnya. Pada Kamis (25/10/2018), Direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA) Gina Haspel memberikan penjelasan kepada Presiden AS Donald Trump tentang perkembangan terbaru dalam penyelidikan setelah misi pencarian fakta ke Turki.
Media Turki pro-pemerintah mengatakan, para perwira intelijen menunjukkan gambar-gambar video dan rekaman audio dari Khashoggi yang dikumpulkan dari konsulat. Namun, jasad atau bagian tubuh Khashoggi masih belum diketahui keberadaannya.
Erdogan mendesak agar orang-orang yang bertanggung jawab dan terlibat dalam pembunuhan Khashoggi diadili di Turki. ”Pelakunya ada di antara mereka. Jika bukan itu masalahnya, lalu siapakah konspirator lokal? Anda harus memberi tahu,” katanya. ”Kecuali Anda bilang, maka Arab Saudi tidak akan bebas dari kecurigaan ini.” (AP/AFP/REUTERS/BEN)