Pasca-gemparnya berita tentang tewasnya wartawan senior asal Arab Saudi yang juga kolumnis pada harian The Washington Post, Jamal Khashoggi (59), sorotan kini kembali tertuju pada Arab Saudi menyusul kembalinya Pangeran Ahmed bin Abdulaziz al-Saud (76), ke ibu kota Riyadh dari tempat pengasingannya di London, Selasa (30/10/2018).
Pangeran Ahmed bin Abdulaziz adalah adik dari Raja Salman bin Abdulaziz atau paman dari Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MBS).
Pangeran Ahmed, yang dalam akun Twitter-nya dikenal bernama Mujtahid, juga termasuk oposan terhadap MBS. Ia terpaksa meninggalkan Riyadh menuju London pada akhir 2017, bersamaan dengan penangkapan puluhan pangeran atas perintah MBS dengan tuduhan korupsi.
Pangeran Ahmed saat itu mengkritik keras langkah MBS menangkap puluhan pangeran. Langkah MBS dinilai melanggar dan menodai tradisi serta kehormatan keluarga besar Al-Saud yang berkuasa di negeri itu. Sebelumnya, Pangeran Ahmed juga kecewa karena tidak dipilih sebagai putra mahkota oleh Raja Salman, mengingat ia putra langsung Raja Abdulaziz, pendiri Arab Saudi, yang masih hidup dan merasa paling berhak mewarisi takhta kerajaan sebagai putra mahkota.
Namun, Pangeran Ahmed—berbeda dari Jamal Khashoggi—tidak menulis kritikan terhadap MBS melalui media massa internasional. Ia memilih diam di rumah mewahnya di London dan menolak pulang ke Riyadh. Setelah tewasnya Khashoggi di kantor konsulat Arab Saudi di Istanbul, 2 Oktober lalu, Pemerintah AS dan Inggris turun tangan membujuk Pangeran Ahmed agar bersedia pulang ke Riyadh dengan jaminan keamanan dari AS dan Inggris.
Menurut harian Al Quds al Arabi, AS dan Inggris tidak ingin Pangeran Ahmed bernasib seperti Jamal Khashoggi yang hanya akan merepotkan hubungan AS dan Inggris dengan Arab Saudi. Di mata AS dan Inggris, tewasnya Khashoggi saja telah merumitkan hubungan AS dan dunia Barat dengan Riyadh saat ini, apalagi jika terjadi hal yang buruk terhadap tokoh sekelas Pangeran Ahmed bin Abdulaziz.
AS dan Inggris melihat Pangeran Ahmed saat ini belum terseret terlalu jauh dalam jaringan oposisi menentang rezim duet Raja Salman-MBS. Bagi AS dan Inggris, Pangeran Ahmed masih diterima Riyadh dan belum dianggap sebagai oposan yang berbahaya.
Konon MBS meminta bantuan AS dan Inggris agar ikut membujuk Pangeran Ahmed supaya mau pulang ke Riyadh. AS dan Inggris ditengarai mencapai transaksi dengan MBS, yakni bersedia membujuk Pangeran Ahmed pulang ke Riyadh dengan imbalan jaminan keamanan bagi Pangeran Ahmed.
Bagi MBS, kembalinya Pangeran Ahmed bisa membantu memperkuat posisinya di keluarga besar Al-Saud dan masyarakat internasional.
MBS kini merasa posisinya ternoda oleh tewasnya Khashoggi. Ia sudah memantau spekulasi terancamnya masa depan posisinya sebagai putra mahkota yang akan mewarisi takhta kerajaan akibat tewasnya Khashoggi. MBS sendiri telah membantah keras mengeluarkan perintah membunuh Khashoggi.
MBS ditengarai sudah menyiapkan untuk memberi peran kepada Pangeran Ahmed sebagai normalisator di lingkungan keluarga Al-Saud yang sempat terguncang setelah penangkapan puluhan pangeran akhir tahun 2017.
MBS melihat potensi Pangeran Ahmed bakal sukses sebagai mediator dan sekaligus normalisator di lingkungan keluarga besar Al-Saud. Selain pangeran senior, ia juga salah satu putra langsung Raja Abdulaziz, pendiri Arab Saudi, yang masih hidup.