China Tawarkan Bantuan kepada Pakistan untuk Atasi Kesulitan Fiskal
Oleh
Elok Dyah Messwati
·3 menit baca
BEIJING, SABTU — Pemerintah China, Sabtu (3/11/2018), mengatakan bahwa mereka menawarkan bantuan kepada Pakistan untuk mengatasi kesulitan fiskal. Persyaratan pemberian bantuan masih didiskusikan.
Tawaran itu merupakan hasil pembicaraan Perdana Menteri China Li Keqiang dan Perdana Menteri Pakistan yang baru terpilih, Imran Khan. Khan telah bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pada Jumat (2/11/2018).
Krisis fiskal yang dialami Pakistan saat ini telah menimbulkan pertanyaan apakah Pakistan memiliki kemampuan untuk membayar kembali pinjaman yang China berikan sebagai bagian dari Prakarsa Sabuk dan Jalan yang digagas Beiing.
Tawaran itu merupakan hasil pembicaraan Perdana Menteri China Li Keqiang dan Perdana Menteri Pakistan yang baru terpilih, Imran Khan.
Sebelumnya, Pakistan telah mengambil pinjaman miliaran dollar AS dari China dalam beberapa tahun terakhir yang sebagian besar masih dirahasiakan. China telah menjanjikan lebih dari 60 miliar dollar AS atau sekitar Rp 897,2 triliun kepada Pakistan dalam bentuk pinjaman dan investasi untuk pembangunan jalan, pelabuhan, pembangkit listrik, dan area-area industri untuk membangun Koridor Ekonomi China-Pakistan.
Beri dukungan
Menyusul pertemuan Li dengan Khan, Wakil Menteri Luar Negeri China Kong Xuanyou mengatakan, pada prinsipnya Pemerintah China akan memberikan dukungan dan bantuan yang diperlukan untuk Pakistan guna mengatasi kesulitan ekonomi saat ini. ”Adapun langkah-langkah spesifik yang akan diambil, pihak berwenang dari kedua belah pihak akan mendiskusikannya secara rinci,” kata Kong Xuanyou.
Meskipun krisis pembayaran utang membayangi Pakistan, Kong Xuanyou mengatakan, tidak ada rencana untuk mengurangi Koridor Ekonomi ChinaPakistan (CPEC). Namun, akan ada sedikit perubahan untuk dukungan di bidang yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. ”Tidak ada perubahan dalam jumlah proyek CPEC. Jika ada perubahan, itu untuk peningkatan ke depan,” katanya.
Pada prinsipnya Pemerintah China akan memberikan dukungan dan bantuan yang diperlukan untuk Pakistan guna mengatasi kesulitan ekonomi saat ini.
Sebelumnya, untuk menanggapi krisis utang, Pakistan mencari pinjaman dana talangan darurat 8 miliar dollar AS, sekitar Rp 120 triliun, dari Dana Moneter Internasional (IMF). Pakistan juga mencari pinjaman baru dari Arab Saudi dan China. Kunjungan Khan ke China kali ini diperkirakan akan didominasi soal pendanaan baru.
Masalah yang lebih rumit, Amerika Serikat yang sangat memengaruhi IMF mengatakan tidak akan membiayai pelunasan utang Pakistan terhadap pinjaman dari China. Media Pakistan sebelumnya melaporkan bahwa China sedang mempersiapkan paket bantuan senilai 6 miliar dollar AS atau sekitar Rp 90 triliun, termasuk pinjaman dan investasi tambahan untuk CPEC.
Konsolidasi
Masalah itu tidak muncul dalam pidato pembukaan yang disampaikan Li dan Khan dalam pertemuan mereka. Li mengatakan, kunjungan Khan akan lebih mengonsolidasikan dan mengembangkan usaha dan mempererat hubungan kedua negara.
Khan menanggapi itu dengan mengatakan, CPEC telah berevolusi dari tahap konsep ke hasil nyata ”di lapangan” dan telah menangkap imajinasi rakyat Pakistan. ”Kami merasa bahwa ini adalah peluang besar bagi negara kami untuk maju untuk menarik investasi. Ini memberi kami kesempatan untuk meningkatkan standar hidup dan tingkat pertumbuhan kami,” kata Khan.
China dan Pakistan menyebut diri mereka sebagai ”sahabat di segala kondisi” yang bersatu dalam persaingan bersama dengan negara tetangga mereka, yaitu India. Pakistan telah menjadi salah satu pendukung paling antusias dari Prakarsa Sabuk dan Jalan.
Lewat inisiatif ini, China berusaha membangun kembali perannya sebagai pusat perdagangan global Asia dengan mengikat Eropa, Afrika, Asia Tenggara, dan negara-negara lainnya yang proyek pembangunannya dibiayai oleh China.
Sebagai catatan, karena rakyat Pakistan sedang marah dipicu naiknya harga kebutuhan pokok, Khan yang awalnya bertekad mengekang pinjaman, justru melanjutkan proyek-proyek ambisius, seperti pembangunan 5 juta unit perumahan umum.
Namun, beberapa aspek CPEC sedang diubah, termasuk mengurangi pembangunan pelabuhan di Gwadar. Selain itu, kesepakatan dengan perusahaan listrik China untuk memasok listrik ke Pakistan juga dikritik karena menambah jumlah utang Pakistan. (AP)