Sebulan sudah berlalu sejak jurnalis Jamal Khashoggi dibunuh pada 2 Oktober 2018 di Konsulat Arab Saudi, Istanbul, Turki. Namun, sampai kini jenazah pria itu belum ditemukan.
Jaksa penuntut Turki, Abdulhamit Gul, mengatakan, tim penyidik Arab Saudi, yang berada di Istanbul selama tiga hari dalam rangka investigasi bersama Turki-Saudi, tidak bisa menjawab pertanyaan mengenai keberadaan jasad Khashoggi dan siapa yang memerintahkan pembunuhannya. ”Kami berharap pertanyaan-pertanyaan itu segera dijawab. Tak ada yang bisa lari dari tanggung jawab. Insiden ini telah menjadi perhatian dunia. Ini bukan masalah yang bisa ditutupi,” kata Gul.
Sebelumnya Gul menyatakan bahwa kolumnis The Washington Post itu langsung dicekik oleh tim pembunuh begitu memasuki bangunan konsulat. Tubuhnya kemudian dimutilasi dan dibawa keluar konsulat untuk dimusnahkan.
”Kita sekarang melihat bahwa (jenazah) tidak hanya dimutilasi, tetapi mereka juga menghilangkan jenazah dengan cara dimusnahkan,” kata Yasin Aktay, pejabat partai berkuasa di Turki kepada harian Hurriyet, Jumat (2/11/2018).
Otoritas Turki saat ini sedang menyelidiki kemungkinan jasad Khashoggi dihancurkan dengan cairan asam (acid). ”Berdasarkan informasi terakhir yang kami terima, alasan mereka untuk memotong-motong jenazah adalah agar mudah dihancurkan (dengan cairan asam),” kata Aktay yang merupakan penasihat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. ”Mereka memang tak menginginkan ada bagian jenazah yang tersisa,” lanjut dia.
Sebelumnya, Washington Post mengutip pernyataan pejabat Turki bahwa ”bukti biologis” telah ditemukan di halaman konsulat. Jasad Khashoggi kemungkinan dibuang di dekat tempat pembunuhan. Sebelumnya sempat diberitakan, otoritas Saudi menolak permintaan penyidik Turki untuk memeriksa sebuah sumur yang berada di halaman konsulat, tetapi mengizinkan mereka untuk mengambil sampel air untuk analisis.
Turki, yang menyatakan bahwa pembunuhan Khashoggi telah direncanakan dengan teliti, menuntut 18 orang tersangka yang ditahan di Saudi itu agar diadili di Turki, termasuk 15 orang ”tim pembunuh” yang datang ke Istanbul.
Berubah-ubah
Arab Saudi beberapa kali mengubah narasi tentang pembunuhan Khashoggi. Awalnya Saudi menolak tegas bahwa Khashoggi hilang dan berkeras bahwa ia telah meninggalkan konsulat. Kemudian Riyadh mengatakan bahwa Khashoggi tewas dalam perkelahian pada saat wawancara.
Tekanan internasional membuat Saudi akhirnya sulit mengelak dan mengakui bahwa Khashoggi dibunuh melalui ”operasi ilegal” di konsulat dan Riyadh menyatakan telah menangkap 18 orang.
Di antara 15 orang yang datang ke Istanbul itu, terdapat beberapa orang yang dekat dengan putra mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS). Hal ini menimbulkan kecurigaan bahwa MBS terkait dengan pembunuhan ini.
Departemen Luar Negeri AS menyatakan telah menerima permintaan dari keluarga Khashoggi agar jenazah Jamal Khashoggi dikembalikan kepada mereka. Jubir Departemen Luar Negeri AS, Robert Palladino, kepada wartawan mengatakan bahwa jenazah Khashoggi harus ditemukan dan dikembalikan untuk upacara pemakaman.
Tunangan Khashoggi, Hatice Cengiz, yang di hari naas itu ikut mengantar Khashoggi ke Konsulat Arab Saudi dalam tulisan di Washington Post menyatakan bahwa apa yang dilakukan terhadap tubuh kekasihnya itu ”sangat brutal, biadab, dan tak berperikemanusiaan”.
”Kini, bergantung pada komunitas internasional untuk membawa para pembunuh ke pengadilan. Di antara semua negara, seharusnya Amerika Serikat yang menjadi penggeraknya. (Namun) pemerintahan Trump telah mengambil posisi yang mengabaikan fondasi moral,” tulis Hatice.
Secara terpisah, menandai Hari Internasional untuk Mengakhiri Impunitas untuk Kejahatan terhadap Jurnalis, Departemen Luar Negeri AS, Jumat, mengatakan bahwa mereka akan terus menyelidiki kasus pembunuhan Khashoggi. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Heather Nauert, mengatakan, pihaknya bakal mencabut visa dan langkah-langkah tambahan bagi siapa pun yang terlibat dalam pembunuhan itu.