WASHINGTON, SENIN — Sampai sehari menjelang hari pemilihan, para kandidat dibantu tokoh nasional terus berupaya memikat pemilih. Pemilu sela 2018 dipandang sebagai pemilu paling kompetitif yang pernah ada.
Presiden Donald Trump pada Senin (5/11/2018) bahkan melakukan tiga kampanye di tiga tempat, yakni Ohio, Indiana, dan Missouri. Hari Senin merupakan kesempatan kampanye terakhir sebelum pemilu diadakan Selasa (6/11) waktu setempat. Dalam pemilu sela ini, warga akan memilih 435 anggota Dewan Perwakilan Rakyat, 35 senator, serta 39 gubernur.
Trump selama enam hari tak henti berkeliling di delapan negara bagian. Kendati rakyat tidak memilih untuk dia, pemilu sela kali ini dipandang sebagai ujian bagi kepemimpinan Trump setelah Pemilihan Presiden 2016 yang diwarnai keterbelahan mendalam di antara pemilih.
Upaya mendapatkan kursi di lembaga legislatif dan pemerintahan negara bagian menguras tenaga serta dana sangat besar. Kedua kubu diperkirakan masing-masing menghabiskan hingga 5 miliar dollar AS. Demokrat berhasil mendapatkan dana lebih besar dari pendukungnya. Pengusaha kaya seperti Michael Bloomberg secara pribadi menyumbang 110 juta dollar AS, sementara aktivis dan pengusaha besar Tom Steyer memberi 120 juta dollar AS untuk pemilu sela ini.
”Ini merupakan pemilihan yang sangat penting. Saya tidak mengatakannya sama penting seperti (Pilpres) 2016, tetapi ini penting,” kata Trump ketika berkampanye untuk calon senator Marsha Blackburn di Chattanooga, Tennessee, Minggu.
Dalam pemilu sela 2018, Trump fokus berkampanye untuk Senat yang 51 dari 100 kursinya dipegang oleh Republik. Republik diprediksi akan bisa mempertahankan posisi mayoritasnya di Senat. Jika satu saja kursi lepas, hal itu akan merupakan tamparan bagi kewibawaan Trump.
Demokrat optimistis bisa menguasai DPR kendati harus menambah sedikitnya 23 kursi. Partai ini berharap bisa memecahkan rekor mengirim perempuan ke Kongres. Demokrat juga ingin mencatatkan diri sebagai partai yang banyak mencalonkan warga Muslim dan LGBT.
Jajak pendapat yang dikeluarkan NBC News dan The Wall Street Journal,Minggu, memperlihatkan Demokrat lebih banyak dipilih oleh warga keturunan Afrika (84 persen berbanding Republik 8 persen), keturunan Latin (57 persen berbanding 29 persen), usia 18-34 tahun (57 persen berbanding 34 persen), perempuan (55 persen berbanding 37 persen), dan independen (35 persen berbanding 23 persen). Sebaliknya, menurut jajak pendapat yang sama, Republik lebih diminati pemilih tua berusia 50-64 tahun (sebanyak 52 persen berbanding Demokrat 43 persen), pria (50 persen berbanding 43 persen), dan warga kulit putih sebanyak 50 persen berbanding 44 persen.
Mantan Presiden Barack Obama dalam kampanye lima hari terakhir menekankan keberagaman dan persamaan hak warga negara. ”Satu pemilu tidak akan menghapus rasisme, seksisme, dan homofobia. Ini tidak akan terjadi dalam satu pemilu. Namun, hal ini akan dimulai,” ujar Obama di Florida.
Adapun Trump mengedepankan isu imigran yang disebutnya mengancam keamanan AS. Di depan pendukungnya di Montana, dia kembali mengemukakan retorika anti-orang asing.