Jerman Tuntut Transparansi Persenjataan China dan Rusia
Oleh
·2 menit baca
BERLIN, RABU - Jerman akan menekan China agar mengadopsi kesepakatan yang mengontrol pengembangan persenjataan, khususnya pengembangan persenjataan luar angkasa dan persenjataan robotik.
Pernyataan itu muncul dalam wawancara Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman Heiko Maas dengan surat kabar Die Welt. ”Persenjataan luar angkasa dalam waktu dekat tidak lagi merupakan fiksi ilmiah, tetapi sudah menjadi kenyataan. Kita membutuhkan aturan yang mampu mengantisipasi pengembangan teknologi sistem persenjataan,” kata Maas, seperti dikutip Die Welt, Rabu (7/11/2018).
Sejak Perang Dingin berakhir, pemain utama di dunia adalah dua kekuatan adidaya, yaitu Amerika Serikat dan Rusia. China, yang pada masa itu belum menjadi kekuatan ekonomi seperti saat ini, bukanlah penanda tangan sejumlah kesepakatan persenjataan penting, seperti START (Strategic Arms Reduction Treaty) dan INF (Intermediate-Range Nuclear Forces).
Posisi itu menempatkan Beijing sebagai pihak yang ”bebas” untuk mengembangkan kemampuan militer dan persenjataannya. Maas akan berkunjung ke China dalam waktu dekat dan akan membicarakan hal itu dengan para pejabat China terkait ”pengawasan persenjataan yang lebih terkontrol”.
Tekan Rusia
Maas juga menyebutkan, Jerman akan terus mendesak Rusia untuk tetap memegang teguh kesepakatan INF yang ditandatangani oleh Rusia dan AS pada 1987 dan tetap transparan dalam pengembangan persenjataan baru. China juga akan didorong ikut menandatangani traktat itu dalam perjanjian di masa depan.
Presiden AS Donald Trump, Oktober lalu, menyatakan, AS secara unilateral menarik diri dari kesepakatan INF yang melarang penggunaan dan pengembangan rudal dengan jangkauan 500- 5.500 kilometer. Washington menilai Moskwa telah beberapa kali melanggar traktat itu, antara lain dengan mengembangkan rudal 9M729 yang mampu menjangkau lebih dari 500 kilometer.
Namun, Wakil Menlu Rusia Sergei Ryabkov menyatakan bahwa Rusia telah menyerahkan seluruh informasi terkait uji coba rudal 9M729 kepada AS.
”Pada tahap awal diskusi isu ini, kami menyerahkan seluruh informasi mengenai kapan dan pada jarak berapa rudal ini telah diuji coba,” kata Ryabkov kepada televisi Rusia.
Uni Eropa meyakini keluarnya AS dari Traktat INF akan memicu perlombaan senjata. Ketua Kebijakan Luar Negeri UE Federica Mogherini, Oktober lalu, mengecam langkah yang diambil Washington. ”Dunia tak membutuhkan perlombaan senjata yang tidak memberi keuntungan pada siapa pun dan hanya akan membawa instabilitas yang lebih besar,” kata Mogherini.