Peran Indonesia sebagai jembatan disampaikan beberapa kali oleh Pemerintah RI. Indonesia selalu siap menjadi bagian dari solusi dunia dengan mengubah geopolitik kompetisi dan bahkan rivalitas menjadi geopolitik kerja sama. Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dalam sejumlah kesempatan. Peran dan misi itu tampaknya akan dihadirkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi Ke-33 ASEAN di Singapura, 13-15 November 2018.
KTT kali ini merupakan puncak dari keketuaan Singapura sebagai Ketua ASEAN tahun 2018 dan merupakan KTT terakhir sebelum ketua ASEAN diserahkan kepada Thailand pada 2019. Tema besar keketuaan Singapura adalah ”Resilient and Innovative ASEAN”. Seperti KTT-KTT sebelumnya, KTT kali ini akan dihadiri tak hanya oleh para kepala negara anggota ASEAN, tetapi juga para kepala negara mitra ASEAN, seperti China, India, Rusia, Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat.
Presiden Joko Widodo dijadwalkan hadir dalam KTT kali ini. Jika tidak ada perubahan, untuk pertama kalinya di KTT ASEAN, Presiden Rusia Vladimir Putin juga dijadwalkan hadir. Forum KTT ASEAN digelar mencakup pertemuan-pertemuan ASEAN dengan negara mitra wicara, termasuk KTT Asia Timur (East Asia Summit/EAS) dan ASEAN plus Three (Jepang, Korsel, China), dan membahas isu-isu yang menjadi kepentingan bersama.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir mengungkapkan akan ada 17 pertemuan yang akan dihadiri Presiden Jokowi dalam pertemuan tiga hari ini, termasuk semua pertemuan ASEAN. Presiden kemudian bertolak ke Papua Niugini guna menghadiri KTT APEC, 17-18 November, yang mengambil tema ”Inclusive Opportunities”.
Isu Myanmar dan Indo-Pasifik
Presiden Jokowi pada sesi pleno KTT Ke-33 ASEAN akan menyampaikan tiga hal utama. Pertama, pentingnya ASEAN sebagai sebuah keluarga, terutama dalam menghadapi krisis yang terjadi di kawasan. Kedua, ASEAN siap membantu Myanmar untuk menyelesaikan krisis kemanusiaan di Rakhine. Ketiga, melalui konsep Indo-Pasifik, ASEAN akan meningkatkan kerja sama antarnegara anggota ASEAN dan dengan negara-negara mitra, memajukan pembangunan dan kesejahteraan umum, serta mengutamakan perspektif maritim.
”Indonesia sebagai satu keluarga dengan Myanmar dalam ASEAN mengharapkan langkah maju penyelesaian krisis kemanusiaan. Keterlibatan ASEAN akan jauh lebih baik daripada pihak lain,” kata Direktur Kerja Sama Eksternal ASEAN Kementerian Luar Negeri Benny Siahaan di Jakarta, Kamis (8/11/2018).
Menurut Benny, Pemerintah Indonesia siap membantu Myanmar setidaknya dalam empat hal, yakni menciptakan kondisi kondusif dan mendorong penghormatan atas kebebasan bergerak dan dukungan pada situasi yang tidak menciptakan diskriminasi di negeri itu serta dorongan terhadap proses pembangunan yang dilakukan secara inklusif.
Presiden Jokowi akan menyampaikan pidato mengenai Indo- Pasifik pada sesi pleno EAS. Hal itu akan merupakan pertama kali konsep Indo-Pasifik versi Indonesia disampaikan Presiden dalam KTT EAS. Menurut Benny, ada kesinambungan antara konsep Indo-Pasifik dan pentingnya poros maritim yang pernah diutarakan pada KTT sebelumnya. Selain itu, juga untuk menunjukkan posisi dan peran Indonesia sebagai poros maritim dunia. Di forum KTT nanti, Presiden bakal menyuarakan kepentingan Indonesia soal penguatan kerja sama di kawasan Indo-Pasifik.
Isu itu merupakan isu strategis bagi Indonesia dan ASEAN lantaran posisi kawasan itu di tengah atau sebagai poros dua kawasan, yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Indonesia melanjutkan penawaran atas suatu cara pandang terhadap kawasan Indo-Pasifik yang diarahkan bagi peningkatan kerja sama di bidang maritim, konektivitas, dan agenda pembangunan berkesinambungan. Konsep Indonesia dimaksudkan untuk memberikan nilai tambah bagi mekanisme kerja sama ASEAN yang ada saat ini, khususnya untuk memperkuat EAS.
”(Konsep) kita belum dapat dibilang Indo-Pasifik ASEAN dan bukan untuk diadopsi saat ini. Yang jelas konsep Indo-Pasifik itu beda dengan yang lain-lain. (Konsep Indo-Pasifik) kita lebih inklusif, tidak berisi kekuatan-kekuatan tertentu. Murni asli ASEAN,” kata Benny.
Secara ringkas, pemetaan isu yang dikedepankan Indonesia dalam KTT ASEAN kali ini ada di tiga hal: politik dan keamanan, ekonomi, dan sosial-budaya. Di bidang politik keamanan, selain arsitektur regional Indo-Pasifik, persoalan di Rakhine dan kerja sama maritim, juga akan dikedepankan isu terkait Laut China Selatan, perdamaian di Semenanjung Korea serta isu Palestina.
Di bidang ekonomi, isu yang dikedepankan terkait proteksionisme dan ketidakpastian perekonomian global akibat kondisi perang dagang, khususnya antara AS dan China. Di bidang sosial-budaya, Indonesia mengedepankan isu terkait penanganan risiko bencana alam. Ada tujuh hasil dokumen yang akan dihasilkan di KTT ASEAN kali ini. Namun, secara keseluruhan, termasuk dengan pertemuan ASEAN bersama mitra wicara dan EAS, akan ada 62 dokumen yang dihasilkan. Salah satunya EAS Leaders’s Statement on Combating Marine Plastic Debris. Benny menjelaskan, pernyataan soal upaya penanggulangan sampah plastik di laut itu adalah usulan Indonesia.