Di balik pemilu sela yang hasil penghitunganya hampir dituntaskan, rakyat pemilih memenangi pesta demokrasi itu dengan pemecahan rekor di sejumlah hal. Pemilu dua tahunan yang memilih sebagian anggota senat (35 orang), gubernur (36 orang), dan semua anggota Dewan Perwakilan itu disambut antusias oleh kedua pendukung partai.
Sejumlah lembaga mencatat, terdapat lebih dari 113 juta warga memberikan suara dalam pemilu yang diadakan pada hari Selasa, 6 November, tersebut. Dibandingkan pada pemilu sela tahun 2014, jumlah ini meningkat tajam, selisihnya lebih dari 30 juta orang. ”Pemilu ini merupakan unjuk diri kedua (partai), baik Demokrat maupun Republik,” kata Michael McDonald, pengajar ilmu politik University of Florida.
Dengan perkiraan 48,1 persen pemilik suara memberikan pilihan, jumlah ini merupakan yang tertinggi sejak 1996, kata Profesor McDonald lagi. Saat ini, partisipasi pemilih mencapai 48,7 persen. Pendapat lain mengatakan, besarnya partisipasi menunjukkan kedua kubu bisa mengerahkan pemilih.
Howard Wolfson, pembantu utama mantan Wali Kota New York Michael Bloomberg, mengakui, ”Trump telah mendorong jumlah pemilih pada kedua kubu.” Bloomberg yang juga merupakan pengusaha besar dalam pemilu ini ikut menggelontor sumbangan kepada Demokrat sebesar 110 juta dollar AS.
Di sejumlah kota atau negara bagian, lonjakan jumlah pemilih meningkat sangat signifikan, jauh dari yang diperkirakan. Di Ohio, misalnya, yang merupakan salah satu negara bagian yang diperebutkan keras, peningkatan jumlah pemilih mencapai 42 persen dibandingkan dengan pemilu sela empat tahun lalu. Kecenderungan sama terjadi di Florida, jumlah pemilih naik 33 persen. Lebih mengejutkan lagi di Texas, tempat senator Ted Cruz (Republik) bersaing dengan Beto O’Rourke, partisipasi melejit sampai 92 persen atau dari 4,7 juta pemberi suara pada 2014 menjadi 8,2 juta suara.
Yang juga menarik, 31 persen pemilih muda (berusia 18-29 tahun) ikut memasukkan suaranya dalam pemilu sela ini. Menurut analisis Pusat Informasi dan Penelitian Pembelajaran dan Keterlibatan Warga dari Tufts University, jumlah ini yang terbesar selama seperempat abad.
Pemirsa terbanyak
Tak hanya rekor pemilih, pemilu sela 2018 juga tercatat sebagai tontonan yang diminati pemirsa televisi. Nielsen, perusahaan data informasi, menyebutkan, sebanyak 36,1 juta pemirsa menyaksikan hasil pemilu melalui televisi. Angka ini terpaut sangat signifikan dibandingkan pada era Presiden Barack Obama di mana ketika itu (2014) pemirsa yang menyaksikan penghitungan ditaksir berjumlah 22,7 persen.
Dari jumlah ini, Fox News menurut Nielsen menjadi saluran dengan pemirsa terbanyak dibandingkan saluran lain, dengan jumlah pemirsa 7,78 persen. Kanal lain tak ada yang melampaui 6 juta. CNN sebagai televisi berita disaksikan 5,07 juta pemirsa.
Sampai Jumat, hasil sementara menunjukkan Demokrat mendapat 225 kursi di Dewan Perwakilan berbanding 200 kursi untuk Republik. Di lembaga Senat, Demokrat memperoleh 46 kursi, sedangkan Republik sudah memperoleh 51 kursi. Kedua kubu mengklaim keberhasilan. Donald Trump, misalnya, menyebut hasil pemilu ini dengan ”keberhasilan luar biasa”. Ini tentunya merujuk kepada hasil di Senat di mana Partai Republik bisa mempertahankan diri sebagai mayoritas.
Demokrat bergembira karena dapat meraih mayoritas cukup signifikan karena sebelumnya partai ini hanya mempunyai 195 perwakilan di DPR. Bahkan kalau dihitung dari jumlah suara, Demokrat sebenarnya juga ”menang” besar di Senat. Dari suara yang masuk untuk pemilihan senator, jumlah pemilih Demokrat lebih besar 12 juta dibandingkan Republik. Namun, seperti halnya dalam pemilihan presiden di mana Hillary Clinton mendapat tiga juta suara (popular vote) lebih besar daripada Donald Trump, hal serupa terjadi di pemilu sela.
Hal ini terjadi karena sistem penghitungan di mana satu negara bagian dengan negara bagian lain dengan jumlah penduduk yang berbeda, sama saja suaranya di Senat. California yang berpenduduk 60 kali lipat dari Wyoming, misalnya, sama-sama mempunyai dua senator.
(AFP/AP/REUTERS)