KAIRO, KOMPAS Menjelang konferensi damai Yaman di Stockholm, Swedia, yang disponsori PBB pada awal Desember nanti, milisi pemberontak Houthi, Kamis (29/11/2018), mengklaim telah menembakkan rudal balistik ke sebuah pangkalan udara militer Arab Saudi di area dekat perbatasan Yaman-Arab Saudi.
Seperti dikutip kantor berita Associated Press (AP), milisi Houthi mengungkapkan, rudal balistik jenis Badr-1 itu telah ditembakkan ke pangkalan militer udara di wilayah Najran, dekat perbatasan Yaman-Arab Saudi. Serangan itu menghancurkan helikopter tempur Apache dan menewaskan dua pilotnya.
Saat berita ini ditulis, belum ada konfirmasi dari Arab Saudi soal kebenaran klaim Houthi tersebut. Jika klaim itu benar, serangan Houthi yang mengontrol ibu kota Sana’a ini merupakan serangan pertama sejak kesepakatan gencatan senjata dengan sponsor PBB di kota Hodeidah, Yaman barat, pekan lalu.
Wilayah Najran dan Jizan adalah dua provinsi di Arab Saudi yang berbatasan langsung dengan Yaman. Dua wilayah itu paling sering menjadi sasaran rudal balistik Houthi. Kelompok ini selalu mengklaim, serangan rudal balistik ke Arab Saudi sebagai balasan atas invasi militer Arab Saudi ke Yaman sejak Maret 2015.
Kemampuan milisi Houthi menembakkan rudal balistik ke Arab Saudi selama ini cukup mengejutkan pihak Riyadh. Menurut klaim Arab Saudi, milisi Houthi selama 2018 ini telah menembakkan 188 rudal ke berbagai sasaran di Arab Saudi selatan, persisnya di wilayah Najran dan Jizan.
Armada rudal balistik milik Houthi saat ini diperkirakan merupakan hasil modifikasi dari rudal Scud B dan C buatan Rusia dan Korea Utara yang dimiliki militer Yaman pada era Presiden Ali Abdullah Saleh. Houthi memberi nama pada rudal Scud B dan C yang telah dimodifikasi itu dengan nama Badr dan Burkan.
Arab Saudi sering menuduh para insinyur Iran dan Hezbollah membantu milisi Houthi melakukan modifikasi rudal balistik itu. Teheran dan Hezbollah selalu membantah tuduhan tersebut.
Dalam konteks pemilihan waktu bagi Houthi menembakkan rudal balistik tersebut, secara politik hal itu bisa dimaksudkan untuk memperkuat posisi daya tawar kelompok Houthi dalam perundingan di Swedia nanti. Houthi ingin memberi pesan kepada forum konferensi bahwa mereka masih memiliki kekuatan militer yang mampu mengancam wilayah Arab Saudi.
Duta Besar Inggris yang berbasis di Riyadh, Michael Aron, mengatakan, perwakilan kedua pihak—Pemerintah Yaman dan kelompok Houthi—bersedia datang ke konferensi di Stockholm. Seorang anggota delegasi pemerintahan Abd-Rabbu Mansour Hadi mengungkapkan, konferensi dijadwalkan pada 4 Desember nanti, tetapi masih bisa berubah tergantung logistik. (REUTERS)