KAIRO, KOMPAS -- Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud secara mengejutkan, seperti diberitakan televisi Al Jazeera, Rabu (5/12/2018), mengundang Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamd al-Thani untuk hadir pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) di Riyadh, 9 Desember nanti.
GCC dibentuk pada tahun 1981, beranggotakan enam negara kaya di Arab Teluk, yaitu Arab Saudi, Kuwait, Bahrain, Qatar, Kesultanan Oman, dan Uni Emirat Arab (UEA). GCC dibentuk untuk menangkal ancaman bersama terhadap anggota GCC di tengah sengitnya perang Irak-Iran saat itu.
Undangan Raja Salman kepada Sheikh Tamim mencuatkan spekulasi tentang keinginan Arab Saudi melakukan rekonsiliasi dengan Qatar. Seperti diketahui, Arab Saudi pada Juni 2017 memimpin aksi blokade darat, laut, dan udara terhadap Qatar yang dituduh mendukung dan mendanai jaringan teroris. Aksi blokade itu terus berlanjut sampai saat ini. Turut dalam aksi blokade itu, yakni Mesir, Bahrain, dan UEA. Qatar telah membantah keras tuduhan Arab Saudi tersebut.
Undangan Raja Salman kepada Emir Qatar dilayangkan saat Arab Saudi tengah mengalami kesulitan dalam diplomasi dan politik regional maupun internasional, pasca kasus pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi, di Istanbul, 2 Oktober lalu.
Undangan Raja Salman juga muncul setelah Qatar mengumumkan mundur dari keanggotaan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Senin (3/12/2018), setelah 57 tahun menjadi anggota organisasi itu. Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) melawat ke sejumlah negara Arab terakhir ini guna mencari dukungan terkait posisi sulit Arab Saudi pasca kasus pembunuhan Khashoggi. MBS mengunjungi UEA, Bahrain, Mesir, Tunisia, Mauritania, Aljazair, dan juga bertemu sejumlah pimpinan manca negara dalam KTT G-20 di Argentina.
Menurut spekulasi yang berkembang, tidak menutup kemungkinan Raja Salman meminta Sheikh Tamim melakukan mediasi dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Menurut spekulasi yang berkembang di sejumlah media, tidak menutup kemungkinan Raja Salman meminta Sheikh Tamim melakukan mediasi dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang masih ngotot menuntut kasus pembunuhan Khashoggi diselesaikan secara adil dan tuntas. Emir Qatar diharapkan bisa melobi Erdogan agar mau berkompromi soal kasus itu.
Emir Qatar memiliki hubungan sangat baik dengan Erdogan. Qatar-Turki berada dalam satu barisan dalam percaturan geopolitik menghadapi poros Arab Saudi-Mesir-UEA. Namun, sejauh ini Qatar belum memberi konfirmasi soal kesediaan Emir Qatar datang ke KTT GCC di Riyadh atau akan mengirim pejabat tingkat lebih rendah.
Pada KTT GCC di Kuwait tahun lalu, Arab Saudi, Bahrain dan UEA hanya mengirim delegasi setingkat menteri dan wakil perdana menteri. Para raja Arab Saudi, Bahrain, dan UEA ingin menghindari bertemu dengan Emir Qatar di Kuwait. Pada KTT Liga Arab di Arab Saudi, April lalu, Qatar hanya mingirim delegasi tingkat rendah, yaitu dubes Qatar untuk Liga Arab.
Upaya mediasi Kuwait, AS dan Turki untuk memulihkan hubungan Qatar dan Arab Saudi selama ini belum berhasil. Di tengah spekulasi ada upaya pendekatan Qatar-Arab Saudi itu, Mesir masih menyampaikan sikap kerasnya terhadap Qatar. Menlu Mesir Sameh Shoukry dalam konferensi pers di Kuwait, Selasa lalu menegaskan, Mesir tetap berpegang tegung pada 13 syarat untuk memulihkan hubungan dengan Qatar.
Shoukry mengatakan, jika Qatar melakukan perubahan kebijakan dengan tidak ikut campur urusan dalam negeri negara lain, dan menjauh dari organisasi teroris, serta menghentikan aksi provokasi melalui televisi Al Jazeera, segala sesuatunya bisa dibacarakan dengan Qatar.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.